6 Fakta Bunga Edelweiss, Kenapa Tidak Boleh Dipetik?
Pemandangan cantik yang sering ditemui apabila seseorang sedang mendaki gunung adalah hamparan bunga Edelweiss. Dikenal dengan nama latin Anaphalis javanica, bunga ini banyak tumbuh di pegunungan dan dataran tinggi Indonesia, lho.
Bunganya yang begitu cantik membuat banyak sekali pendaki berkeinginan untuk memetik dan membawanya pulang. Padahal, bunga Edelweiss tidak boleh dipetik, bahkan ada peraturan yang melarangnya, lho. Rata-rata pengelola pendakian gunung akan memberikan sanksi tegas bagi mereka yang tetap nekat melakukannya.
FYI, larangan memetik bunga Edelweiss tercantum dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Pasal 33 Ayat 1 dan 2 tentang Konservasi Sumber daya Hayati Ekosistem, dan diperkuat dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.20/Menlhk/Setjem/Kum.1/6/21028 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang dilindungi.
6 Fakta Bunga Edelweiss yang Menarik
Kalau mau tahu lebih lanjut kenapa Edelweiss begitu langka dan harus dilindungi, kamu harus baca bahasan tentang fakta bunga Edelweiss di bawah ini, nih.
1. Akarnya berkembang secara horizontal
Menurut ahli botani asal Jerman bernama Von Faber, sistem perakaran Edelweis berkembang secara horizontal. Soalnya, akar Edelweiss mengandung mycorrhizae yang menyukai lapisan tanah dekat permukaan karena mereka membutuhkan oksigen tinggi.
2. Familiar di kalangan pendaki
Edelweiss banyak tumbuh di gunung-gunung Indonesia, maka tanaman ini cukup familiar di kalangan pendaki.
Kamu bisa menemukan hamparan padang Edelweis di Gunung Gede Pangrango di Alun-alun Suryakencana, Gunung Sumbing menjelang puncak, Gunung Lawu via Candi Cetho di Pasar Dieng, dan Gunung Merbarbu di Sabana 2.
3. Dijuluki bunga abadi
Bunga Edelweis sering kali dijuluki sebagai bunga abadi karena tumbuhan ini memiliki waktu mekar yang cukup lama, yaitu 10 tahun. Hal ini disebabkan oleh hormon etilen yang ada pada bunga Edelweiss dapat mencegah kerontokan kelopak bunga dalam waktu lama. Makanya, pesona bunga Edelweiss dapat terjaga lebih lama.
4. Waktu mekar yang singkat
Bunga Edelweiss sering kali mekar antara April-Agustus, atau tepat setelah musim hujan berakhir. Waktu ini sangat ideal bagi Edelweiss karena di bulan-bulan tersebut, pancaran matahari masih intensif dan dapat membantu proses perkembangan Edelweiss.
5. Ditemukan di Indonesia lebih dari 200 tahun yang lalu
Bunga Edelweiss di Indonesia pertama kali ditemukan oleh naturalis berkebangsaan Jerman bernama Georg Carl Reindwart ketika berada di lereng Gunung Gede, Jawa Barat. Ia menemukan bunga ini pertama kali pada 1819, yang berarti Edelweiss telah ada di Indonesia lebih dari 200 tahun.
6. Dapat bertahan di tanah tandus
Dikenal sebagai bunga yang tumbuh di pegunungan, Edelweiss memiliki cara bertahan hidup yang kuat, bahkan di tanah tandus sekalipun.
Edelweiss mampu membentuk mycorrhizae yang dapat memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara.
Itulah fakta-fakta bunga Edelweiss yang membuat jenis tumbuhan ini begitu dilindungi dan harus dilestarikan. Jadi, kalau kamu mendaki gunung, jangan sampai kamu memetik Edelweiss, ya. Karena kita harus membantu pemerintah dalam menjaga eksistensi tumbuhan ini.
Meskipun Rukita nggak bisa nawarin tempat tinggal yang dipenuhi oleh bunga Edelweiss, Rukita punya unit coliving bernama Rukita Edelweis Studento BSD, lho. Berlokasi dekat dengan Universitas Prasetiya Mulya, unit coliving ini cocok banget bagi para mahasiswa Prasmul yang lagi bingung cari tempat kost, nih.
Soal fasilitas, pastinya kamu nggak perlu bingung lagi karena Rukita Edelweis Studento BSD sudah menyediakan AC, Wi-Fi berkecepatan tinggi, dan juga kamar mandi dalam yang dilengkapi oleh shower. Pokoknya, kamu tinggal bawa koper saja!
Penasaran sama Rukita Edelweis Studento BSD? Yuk, kepoin di bawah ini!
Atau ketik ini di browser: bit.ly/rukita-edelweiss
Bagikan artikel ini