Ini 7 Fakta Didi Kempot Sang Maestro Patah Hati yang Sobat Ambyar Wajib Tahu
Berpulangnya sosok Didi Kempot masih ramai dibicarakan. Baik orang tua maupun milenial pasti tidak asing dengan sosok seniman, penyanyi, dan pencipta lagu campur sari asal Surakarta ini.
Lagu-lagu Didi Kempot yang hampir semuanya menceritakan tentang kesedihan dan kisah patah hati, selalu sukses bikin hati para pendengarnya tersayat-sayat.
Meski seluruh lagunya menggunakan bahasa Jawa, namun pesan tentang kegalauan di dalam liriknya selalu tersampaikan dengan baik meski belum tentu orang mengerti arti sebenarnya. Tidak heran seluruh lagunya kian fenomenal serta bisa dinikmati seluruh orang Indonesia dan lintas generasi!
Hebatnya lagi, nih, meski penuh kesedihan saat mendengarkan lagu-lagunya, tubuh para pendengarnya justru dibuat bergoyang mengikuti alunan nada yang membuat beban di hati terasa ringan.
7 Fakta di Balik Kesuksesan Didi Kempot Sang Maestro Patah Hati
Lord Didi Kempot berpulang pada tanggal 5 Mei 2020 lalu di kota kelahirannya dengan usia 53 tahun.
Kepergiannya menyisakan banyak kenangan bagi para penggemarnya, terutama bagi para kalangan muda yang menyebut diri mereka sebagai “Sad Boys” dan “Sad Girls” yang tergabung dalam Sobat Ambyar.
Untuk mengenang kepergian sang “Godfather of Broken Heart”, berikut beberapa fakta di balik kesuksesan sang maestro patah hati Indonesia yang harus kamu tahu!
1. Awal karier
Karir Dionisius Prasetyo atau lebih akrab dipanggil Didi Kempot sebagai seniman dan penyanyi tidak serta merta mulus dan langsung diterima oleh khalayak luas seperti sekarang.
Didi sendiri mengawali kariernya di dunia musik pada tahun 1984 sebagai musisi jalanan. Dengan modal alat musik ukulele dan kendhang, dirinya sering mengamen di Surakarta, kota kelahirannya.
Hal itu ia lakukan selama kurang lebih tiga tahun sampai akhirnya dirinya memutuskan untuk mengadu nasib ke Jakarta. Pada tahun 1987 ia memulai kariernya di ibu kota.
Masih bermusik di jalanan, nih, ia kerap berkumpul dan mengamen bersama teman-temannya yang tergabung dalam Kempot atau Kelompok Pengamen Trotoar. Nama Kempot pun akhirnya malah melekat pada sosok Didi Kempot dan menjadi nama panggungnya hingga saat ini.
2. Awal kesuksesan
Di Jakarta Didi Kempot tidak hanya bermusik di jalanan, ia bersama teman-temannya juga mencoba rekaman dan menitipkan kaset hasil rekamannya ke beberapa studio musik di Jakarta.
Setelah beberapa kali karyanya ditolak, akhirnya mereka berhasil menarik perhatian label Musica Studio pada tahun 1989.
Tepat di tahun itu pula Didi Kempot meluncurkan album pertamanya dengan salah satu lagu andalannya yang masih jadi hits hingga sekarang yaitu “Cidro”.
Lagu “Cidro” sendiri merupakan lagu yang ia tulis berdasarkan kisah asmaranya yang pernah gagal. Karena ditulis pakai hati, nih, lagu “Cidro” sukses menyentuh hati pendengarnya hingga baper.
3. Alasan di balik lagu bertema patah hati
Setelah kesuksesan lagu “Cidro”, tuh, Didi Kempot pun mulai sering menulis lagu bertema patah hati, bahkan tema patah hati hampir mewarnai seluruh karya-karyanya.
Meski sudah bukan kisah asmaranya sendiri yang ia jadikan inspirasi, namun karya-karyanya yang lain terbukti tetap bikin hati para penggemarnya larut dalam emosi.
Didi Kempot sendiri sengaja terus memilih tema tersebut sebagai inspirasi di balik karya-karyanya yang lain.
Dirinya beralasan karena rata-rata orang pernah mengalaminya. Untuk mendekatkan diri dengan masyarakat Didi Kempot pun kerap menggunakan nama-nama tempat sebagai judul atau lirik dalam lagunya.
BACA JUGA: 5 Fakta dan Sejarah di Balik Misteri Lawang Sewu yang Harus Kamu Tahu
4. Memulai karier di luar negeri
Didi Kempot pun tidak berhenti sampai di Jakarta saja. Meski membawakan lagu berbahasa daerah, dirinya bahkan terus melebarkan sayap hingga ke luar negeri.
Pada tahun 1993 dirinya mulai tampil di luar negeri, tepatnya di negara Suriname. Bahkan di negara Suriname, tuh, pamornya sangat sukses hingga membuatnya menjadi salah satu sosok paling terkenal di negara itu.
Tidak berhenti sampai di situ, dong, setelah Suriname ia pun beranjak menginjakkan kakinya ke benua biru Eropa, tepatnya Belanda, pada tahun 1996.
Di Belanda Didi Kempot juga menghasilkan beberapa lagu, salah satunya “Layang Kangen” yang populer hingga sekarang.
5. Pulang ke Indonesia dan terus berkarya
Didi Kempot akhirnya pulang ke Indonesia pada tahun 1998 untuk memulai kembali profesinya sebagai musisi. Kariernya pun semakin populer di Tanah Air.
Di era 2000-an awal ia sukses setelah mengeluarkan banyak lagu baru, salah satunya adalah “Stasiun Balapan” yang sangat sukses di pasaran.
Meski lebih banyak tampil off-air, namun ia tetap mondar-mandir mendapat panggilan dari panggung ke panggung, baik di kota-kota Pulau Jawa hingga ke pulau lain di Indonesia.
Setelah cukup lama manggung off-air, namanya pun kembali muncul setelah mengeluarkan lagu berjudul “Kalung Emas” pada 2013 dan “Suket Teki” pada 2016. Lagu tersebut bahkan mendapatkan apresiasi yang tinggi dari warga Indonesia.
6. Fenomena Sobat Ambyar dan idola kaum milenial
Belakangan ini nama Didi Kempot ramai menjadi perbincangan setelah munculnya fenomena sosial “Sobat Ambyar” dan dirinya yang kini jadi idola kaum milenial.
Tidak ada yang tahu pasti, sih, bagaimana awal dari para generasi muda mulai menyukai karya-karyanya, hingga akhirnya terbentuk komunitas “Sobat Ambyar” yang merupakan para penggemar Didi Kempot generasi muda.
Namun, kebanyakan orang beranggapan kalau yang memungkinkan terjadinya fenomena ini adalah karena tema karya-karyanya yang relevan dengan kehidupan anak muda saat ini.
Eksistensi para penggemar muda ini membuat nama Didi Kempot semakin terkenal hinggal mendapat julukan sebagai “The Godfather of Broken Heart“, “Bapak Loro Ati Nasional“, maupun “Bapak Patah Hati Nasional”.
7. Sakit hati nggak perlu ditangisi, mending ‘dijogeti’
Didi Kempot membawakan pesan patah hati secara berbeda dari kebanyakan musisi Tanah Air lainnya. Tidak hanya membuat pendengarnya larut dalam emosi, Didi kempot juga memotivasi para pendengarnya untuk tetap kuat.
Yap, meski membawakan lagu-lagu dengan lirik yang sedih, namun nada-nada lagunya yang justru menyenangkan membuat para pendengarnya yang merasa sakit hati sedikit terobati.
Selain itu Didi Kempot juga sering memotivasi penggemarnya lewat sosial media dengan kata-kata yang bijak agar tidak menyerah baik dalam urusan asmara, bekerja, maupun berkarya.
Hal inilah yang membuat sosoknya dekat dengan para penggemarnya, terutama bagi para generasi muda dan milenial.
Itulah berbagai fakta di balik kesuksesan Didi Kempot sang maestro patah hati alias “The Godfather of Broken Heart” yang mampu membuat hati para pendengarnya ambyar.
Mari doakan semoga beliau diterima dan ditempatkan di tempat terbaik di sisi-Nya. Terima kasih lord, sugeng tindak pak dhe.
Apa lagu Didi Kempot yang menjadi favoritmu? Mengapa? Yuk, berbagi di kolom komentar.
Bagikan artikel ini