5 Fakta Vaksin Sputnik V Rusia, Efikasi Lebih dari 90 Persen?
Vaksin Covid-19 terus dikembangkan oleh berbagai peneliti di dunia, salah satunya adalah Rusia yang menciptakan vaksin Sputnik V. Vaksin ini dikembangkan oleh Pusat Epidemiologi dan Mikrobiologi Nasional Gamaleya di Moskow, dan mendapat dukungan dari Dana Investasi Langsung Rusia.
Sputnik V juga menjadi salah satu kandidat vaksin Covid-19 yang akan digunakan di Indonesia. Namun, dilansir dari Tribunnews, hingga saat ini vaksin Sputnik V Rusia masih dalam proses evaluasi dan pendaftaran di Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) agar dapat digunakan dengan aman.
Fakta Vaksin Sputnik V Rusia yang Harus Kamu Tahu
Sebelum digunakan di Indonesia, kamu harus tahu dahulu fakta Sputnik V Rusia yang digadang memiliki efikasi lebih dari 90 persen. Cek fakta singkatnya di bawah ini!
1. Sputnik menggunakan metode viral vektor
Proses pembuatan vaksin Covid-19 dapat berbeda-beda tergantung dari teknologi yang digunakan. Vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna-NIH menggunakan teknologi synthetic messenger RNA (mRNA) untuk mengaktifkan sistem kekebalan tubuh terhadap virus Covid-19.
Sinovac diketahui menggunakan metode inactivated atau dengan kandungan virus yang telah dimatikan. Metode ini merupakan cara yang telah lama digunakan dalam dunia pembuatan vaksin.
Sedangkan, Sputnik V buatan Rusia menggunakan metode DNA adenovirus SARS-CoV-2 dengan bahan dasar adenovirus 26 dan adenovirus 5 sebagai vektor protein virus Covid-19. Kedua adenovirus ini termasuk dalam grup virus penyebab infeksi pernapasan.
Dilansir dari lama CDC, vektor adalah virus yang dimodifikasi agar dapat masuk ke dalam sel tubuh manusia namun tidak bisa berkembang biak. Adenovirus 26 dan 5 ini akan membawa gen virus ke tubuh penerima vaksin.
Setelah disuntikkan, tubuh akan membaca gen virus dan kemudian membentuk antibodi. Sehingga, jika suatu hari tubuh diserang virus Covid-19 yang hidup, maka sistem antibodi dapat mengenali dan melawannya.
2. Diklaim memiliki efikasi 92 persen
Keberhasilan sebuah vaksin dapat diukur dengan tingkat efikasi melawan virus pada tubuh orang yang divaksin. Pengembang Sputnik, Institut Gamaleya Rusia mengklaim vaksin Sputnik V memiliki efikasi sebesar 92% terhadap virus SARS-CoV-2 tanpa efek samping yang berat.
Klaim ini merupakan hasil dari uji coba tahap 3 yang melibatkan 18.000 peserta dengan suntikan dua dosis vaksin. Selain itu, Rusia juga mengklaim jika vaksin buat mereka efektif dalam melawan mutasi virus B.1.1.7 dan B.1.351. Namun, kedua klaim ini mendapatkan keraguan dari pihak internasional karena Rusia tidak mempublikasikan hasil uji coba vaksin Sputnik.
3. Efek samping Sputnik V
Efek samping vaksin tentu menjadi hal utama yang mendapat perhatian publik. Dilansir dari laman DW, sebuah peneliti Eropa mengklaim bahwa mereka menemukan empat orang yang meninggal dunia setelah menerima vaksin Sputnik.
Ditemukan juga enam orang penerima vaksin yang mengalami efek samping yang cukup serius. Namun, hal ini langsung dibantah oleh pihak Rusia yang mengatakan jika kasus ini tidak memiliki kaitan dengan vaksin.
Berdasarkan jurnal yang dirilis The Lancet, vaksin Sputnik V memiliki efek samping yang ringan. Setengah dari subjek peneliti mengalami demam, 42% mengalami sakit kepala, 28% merasa kelelahan, dan 24% lainnya mengalami nyeri sendi.
4. Sputnik V tuai banyak kritik
Para ahli dan organisasi kesehatan di dunia, termasuk WHO memberikan kritik terhadap vaksin Sputnik V. Pasalnya, uji klinis vaksin buatan Rusia ini terbilang sangat singkat hingga akhirnya dinyatakan siap digunakan. Walaupun Sputnik V merupakan vaksin Covid-19 pertama di dunia, namun belum mendapat persetujuan dari WHO sebagai vaksin emergency use listing (EUL) atau izin penggunaan darurat.
Selain itu, dilansir dari detik.com, para ilmuwan dari beberapa negara menandatangani catatan keprihatinan atas kemungkinan manipulasi data dan anomali statistik dalam data hasil uji coba 1/2 yang dirilis di The Lancet. Laporan efikasi vaksin Sputnik pun tidak dipublikasikan kepada khalayak ramai.
5. Harga yang lebih murah
Tak bisa dipungkiri jika vaksin Covid-19 dibanderol dengan harga yang lumayan tinggi. Misalnya saja vaksin Pfizer-BioNTech yang dibanderol dengan harga US$ 19,50 (Rp277.000) per dosis, atau US$ 39 (Rp554.000) per orang untuk vaksin lengkap.
Sementara itu, Dubes Rusia Vorobieva menyatakan harga vaksin Sputnik V diperkirakan bisa tiga kali lebih murah dari vaksin-vaksin lain. Di Rusia sendiri, vaksin Sputnik V diberikan secara gratis di Rusia dan biayanya tidak lebih dari US$ 10 (Rp 142 ribu).
Itulah beberapa fakta singkat tentang vaksin Sputnik V buatan Rusia, salah satu calon vaksin yang akan digunakan di Indonesia. Sambil menunggu giliran mendapat vaksin Covid-19, kita harus tetap menjaga kesehatan tubuh, ya. Salah satu caranya adalah dengan berolahraga.
Nah, kalau kamu ngekost di kost coliving Rukita Kelinci Bunder Pasar Baru, tentunya nggak perlu bingung mencari tempat untuk berolahraga. Mau olahraga di dalam kamar atau di area komunal? Bisa banget!
Kamu bisa berolahraga di area rooftop yang luas bersama para penghuni Rukita lainnya, alias Rukees. Selain menjadi arena berolahraga, area komunal dan rooftop di sini juga bisa digunakan sebagai tempat kerja dan ngobrol.
Di sini juga ada dapur bersama yang bisa kamu gunakan kapan saja, lho. Harga sewa di kost yang dekat dari Stasiun Juanda ini mulai dari Rp2,4 juta per bulan sudah termasuk furnitur lengkap, kamar mandi dalam dengan air panas, AC, dan WiFi.
Jadi semakin ingin tinggal di Rukita Kelinci Bunder Pasar Baru? Yuk, langsung klik tombol di bawah atau ketik link berikut di browser kamu: bit.ly/Rukita-Pasar-Baru
Mau lihat unit coliving Rukita yang tersebar di berbagai lokasi strategis di Jakarta, Bekasi, Depok, dan Tangerang? Yuk, kunjungi www.Rukita.co atau tanya-tanya langsung ke Nikita (customer service Rukita) di +62 811-1546-477.
Jangan lupa juga follow Rukita di Instagram @Rukita_Indo dan Twitter @Rukita_Id untuk dapat info dan promo terbaru.
Apa pendapatmu tentang vaksin Sputnik V yang menulai banyak kritik? Tulis opinimu di kolom komentar.
Bagikan artikel ini