Dirayakan Setiap 210 Hari, 6 Fakta Hari Raya Galungan dan Kuningan Ini Buat Kagum
Cari tahu hubungan Hari Raya Galungan dan Kuningan di sini!
Hari Raya Galungan tahun ini jatuh pada Rabu, 14 April 2021. Umat Hindu di Indonesia, khususnya Bali, memperingati hari ini sebagai kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan atau kejahatan). Perayaan ini juga berkaitan erat dengan hari besar lainnya, yaitu Hari Raya Kuningan yang jatuh pada 24 April nanti, tepat 10 hari setelah hari Raya Galungan.
Di hari istimewa ini, umat Hindu (lelaki, perempuan, dan anak-anak) mengenakan busana adat dominasi warna putih. Para perempuan akan menjunjung sesaji pergi ke Pura atau tempat suci keluarga untuk mengadakan persembahyangan. Untuk Hari Raya Kuningan, umat Hindu akan melakukan pemujaan kepada para Dewa, Pitara untuk memohon keselamatan, kedirgayusan, perlindungan, dan tuntunan lahir-batin.
Kalau Hari Raya Galungan umat Hindu memakai busana adat warna putih, Hari Raya Kuningan identik dengan warna kuning yang punya arti keberhasilan, kebahagiaan, dan kesejahteraan.
Pasti kamu jadi tertarik, kan, mengenal perayaan Galungan dan Kuningan?
Fakta Menarik Hari Raya Galungan dan Kuningan
Perayaan tersebut jadi momen bagi umat Hindu untuk memotivasi diri dengan bersyukur, serta meningkatkan kualitas diri. Sebenarnya, banyak fakta menarik lain yang perlu kamu ketahui mengenai Hari Raya Galungan dan Kuningan. Yuk, simak di bawah!
1. Dirayakan setiap 210 hari
Hari Raya Galungan dan Kuningan dilakukan dua kali dalam setahun. Ini dihitung berdasarkan kalender Bali. Perayaan Galungan setiap hari Rabu pada wuku Dugulan. Pada tahun 2021 kali ini, Hari Raya Galungan dan Kuningan jatuh pada tanggal 14 April serta 24 April 2021 dan berlangsung selama 10 hari.
Galungan dikenal oleh masyarakat Hindu sebagai Hari Kemenangan dan Kebaikan. Mereka meyakini bahwa pada Hari Raya Galungan, para dewa turun ke bumi. Kemudian dewa-dewa akan kembali ke kahyangan pada hari ke-10, tepat di Hari Raya Kuningan.
2. Telah diperingati sejak 882 Masehi
Menariknya, nih, nggak ada yang tahu pasti kapan Hari Raya Galungan dan Kuningan pertama kali dilakukan. Namun, menurut lontar Purana Bali Dwipa, Galungan pertama kali diperingati pada hari Purnama Kapat, Budha Kliwon Dungulan, tahun Saka 804 atau di kalender Masehi sekitar 882 Masehi.
Hal ini diketahui dari daun lontar yang bertuliskan, “Punang aci Galungan ika ngawit, Bu, Ka, Dungulan sasih kacatur, tanggal 15, saka 804. Bangun indria Buwana ikang Bali rajya.”
Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia akan tertulis, “Perayaan upacara Hari Raya Galungan pertama adalah pada hari Rabu Kliwon, Wuku Dungulan sasih kapat tanggal 15, tahun 804 Saka. Keadaan Pulau Bali bagaikan Indra Loka.”
Jadi sejak itu, Hari Raya Galungan dan Kuningan selalu dirayakan setiap tahun di Bali. Tapi tanpa sebab, saat masa pemerintahan Raja Sri Ekajaya, Hari Galungan berhenti dilakukan selama kurang lebih 23 tahun. Galungan kembali dirayakan pada 1126 Saka ketika Sri Jayakasunu memerintah.
3. Penjor ramai menghiasi jalanan di Bali
Masyarakat Hindu membuat penjor sebagai tanda ucapan syukur. Ini hal menarik lainnya dari Hari Raya Galungan dan Kuningan. Kamu pasti akan mudah menemukan penjor di perayaan tersebut. Penjor akan menghiasi setiap sisi jalan dan di depan rumah.
Penjor dibuat berdiri tegak sebagai sebagai wujud bakti dan simbol rasa syukur atas anugerah yang diberikan Tuhan. Mirip dengan janur kuning pada acara pernikahan, penjor dibuat dari tiang bambu setinggi delapan meter yang dihias oleh daun aren. Di ujung penjor akan diberi gantungan yang berisi hasil bumi seperti kelapa, padi, biji-bijian, dan aneka jajanan yang disebut sebagai sampian.
Bagi umat Hindu, penjor ini memiliki arti bahwa manusia hendaknya selalu melihat ke bawah dan menolong orang lain, makanya ujung penjor dibuat melengkung ke bawah. Biasanya, sih, penjor dibuat dalam kurun waktu 1-2 hari menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan.
BACA JUGA: 7 Tradisi Unik Merayakan Hari Lebaran dari Berbagai Daerah di Indonesia
4. Kuliner wajib Galungan dan Kuningan
Perayaan nggak lengkap jika nggak ada kuliner yang menemani. Setuju? Nah, sama halnyaseperti ketupat, opor ayam, dan rendang yang jadi makanan wajib saat Lebaran, maka Hari Raya Galungan juga punya kuliner wajib sendiri. Kamu bakal merasakan lezatnya nasi kuning, lawar, dan tape ketan.
Jika berlibur ke Bali ketika perayaan Hari Galungan, nggak perlu heran kalau kamu selalu menemukan hidangan kuliner tersebut di setiap rumah warga yang merayakan. Makanan wajib nasi kuning, tape ketan, dan lawar nggak hanya dinikmati bersama keluarga, tapi juga dijadikan sebagai bagian dari sesaji saat umat Hindu melakukan sembahyang.
5. Saling silaturahmi
Setiap perayaan selalu dimanfaatkan sebagai ajang silaturahmi, begitu pula dengan Hari Raya Galungan dan Kuningan yang digunakan masyarakat Bali berkunjung ke rumah anggota keluarga untuk semakin mempererat tali persaudaraan. Bagi anggota keluarga yang berada di luar kota, umumnya mereka mudik ke kampung halaman untuk saling merayakan Hari Raya Galungan dan kuningan bersama keluarga besar.
Anggota keluarga saling membawa sesajen dan sembahyang bersama di Pura. Wajar saja kalau kamu melihat Pura di Bali dipenuhi orang yang beribadah. Saat hendak melakukan ibadah, umat Hindu akan mengenakan pakaian adat dengan warna putih yang mendominasi. Sementara para perempuan akan menjunjung sesajen yang akan dihidangkan saat sembahyang.
6. Ramai dengan berbagai tradisi adat khas
Setiap daerah di Bali yang memperingati Hari Raya Galungan dan Kuningan punya tradisi berbeda dalam meramaikan dan merayakannya, nih. Paling umum dan sering kamu temui adalah tradisi Ngelawang Barong. Tradisi ini akan mengarak barong berkeliling di sekitar luar Pura sambil diiringi tabuhan gendang dan kenong. Pastinya menarik banget!
Anak-anak kecil biasa melakukan tradisi Ngelawang Barong. Adanya tradisi tersebut dipercayai oleh masyarakat sebagai cara untuk menjauhkan manusia dari bala dan bahaya, juga untuk menyeimbangkan alam.
Di berbagai daerah lain, mungkin kamu akan melihat tradisi seperti debus yang dilakukan masyarakat dengan cara menusuk diri mereka menggunakan keris. Tradisi ini disebut sebagai Ngurek. Ada juga tradisi Perang Jempana dan Motekan.
Itulah fakta-fakta mengenai Hari Raya Galungan dan Kuningan yang akan kamu temui. Menarik, bukan? Bagi kamu yang ingin merasakan suasana Bali yang berbeda, nggak ada salahnya untuk merencanakan liburanmu di hari istimewa ini. Selamat merayakan Hari Raya Galungan dan Kuningan!
Pilihan coliving nyaman di tengah kota
Sebelum kamu merencanakan liburanmu ke Bali di waktu selanjutnya, sebaiknya rencanakan dulu untuk tinggal di hunian yang nyaman, deh. Apalagi kalau kamu ingin tinggal di tengah kota, pasti mengira hunian aman, bersih, nyaman, dan fasilitas lengkap harganya selalu mahal, kan?
Eits, jangan salah, kalau kamu kepoin Rukita, kamu bakal menemukan coliving dengan harga terjangkau fasilitas superlengkap!
Kamu nggak perlu lagi pindahin barang-barangmu, cukup bawa koper saja. Coliving Rukita menyediakan kamar fully furnished yang tinggal kamu nikmati. Nggak hanya kamar saja, ada juga dapur bersama yang bisa kamu gunakan untuk berkreasi membuat ragam resep makanan.
Tenang saja, semua lokasi coliving Rukita berada di area strategis. Mencari makanan, akses kendaraan, bahkan tempat hangout seru di Jakarta nggak butuh waktu lama. Penasaran dengan info detailnya? Langsung saja klik tombol di bawah, ya.
ㅤ
Atau ketik link ini di browser: bit.ly/rukita-hariGalungan
Unit coliving Rukita tersebar di banyak area strategis di Jakarta, Depok, Bekasi, dan Tangerang. Untuk kamu yang ingin tahu unit Rukita lainnya, bisa mengakses www.rukita.co atau hubungi Nikita (customer service Rukita) di +62 811-1546-477.
Jangan lupa juga follow Instagram Rukita di @Rukita_Indo dan Twitter @Rukita_ID untuk berbagai rekomendasi seru dan info promo menarik lainnya.
Kamu punya fakta menarik lain mengenai perayaan Hari Galungan dan Kuningan? Yuk, share di kolom komentar.
Bagikan artikel ini