6 Fakta tentang Kebosanan Akut saat di Rumah Terus | Hewan juga Ikut Stres!
Sudah berapa lama, nih, kamu dan keluarga berada #dirumahaja semenjak munculnya pandemi Covid-19? Mungkin selama 1-2 bulan pertama kalian merasa biasa saja karena yang penting aman di rumah terus. Namun, sesudah 4 bulan banyak keluarga yang mengalami kebosanan akut atau burnout gara-gara kelamaan kumpul bareng.
Kamu juga sudah 4 bulan berkumpul terus bersama keluarga di rumah? Apakah masih menjalani WFH atau kampus juga belum berkegiatan normal? Ya, nampaknya untuk sementara waktu kamu masih harus berkumpul dan bersabar menghadapi anggota keluarga di rumah sampai beberapa waktu ke depan.
Apalagi angka kasus Covid-19 masih terus menanjak. Tentu saja belum saatnya kamu pergi ke luar rumah demi menghindari keluarga dan kebosanan akut. Tenang, ya, ada solusi yang lebih baik untuk menghilangkan burnout ini sekaligus memperkuat hubungan satu sama lain.
Cara Menghilangkan Burnout dalam Keluarga di Masa Puncak Pandemi
Nggak ada alasan bagi kita untuk menghentikan gerakan #dirumahaja kecuali kalau ada keperluan benar-benar mendesak. Secara individu kita akan merasakan cabin fever, sementara di tengah keluarga kita bisa merasakan burnout. Yuk, pelajari tentang kebosanan akut yang dialami keluarga dan bagaimana menghentikannya.
1. Apa maksudnya kebosanan akut atau burnout dalam keluarga?
Dr. Pavan Madan kepala pskiater di sebuah organisasi kesehatan mental di California menunjukkan ada 3 gejala dari keluarga yang mengalami kebosanan akut akibat selalu bersama.
- Mereka mengalami kelelahan fisik dan emosional.
- Nggak bisa fokus mengerjakan pekerjaan sehari-hari yang biasanya mudah diselesaikan.
- Gampang merasa jengkel.
Gejala ini dirasakan oleh banyak sekali orang dan muncul dalam berbagai data di internet. Kamu mungkin merasakannya juga, apalagi kalau nggak banyak melakukan kegiatan di rumah namun tetap pegal-pegal dan kecapekan. Angka ini ditakutkan meningkat drastis terutama bagi single parent.
2. Kebosanan akut bisa memengaruhi hubungan
Berbulan-bulan di dalam rumah bersama orang yang kita cintai ternyata malah bisa merusak hubungan. Penelitian dari Forbes menunjukkan bahwa hanya 18% responden senang terhadap komunikasi dalam hubungan mereka semenjak pandemi, di Tiongkok angka perceraian meningkat tinggi sekali sesudah lockdown dihentikan. Ups!
Kalau salah satu pasangangan mengalami kebosanan akut, tuh, dia bisa saja memblokir komunikasi sehat sehingga akan muncul kesulitan agar terhubung walaupun serumah 24/7!
Sebaik-baiknya hubungan yang dimiliki, tuh, setiap pasangan masih memerlukan space sendiri-sendiri untuk berpikir dan sebagainya. Sayang, space ini hilang karena keharusan untuk tinggal di rumah sepanjang waktu.
3. Masalah tambahan yang dihadapi orang tua tunggal
Untuk orang tua tunggal yang masih bekerja, tuh, kini mereka jadi kehilangan kesempatan menitipkan anak di day care dan sebagainya. Pandemi ini jelas membuat single parent kian sibuk dan kewalahan jika harus bekerja sambil merawat anak di rumah.
Di dalam rumah tangga dengan dua orang tua mungkin mereka bisa berbagi tugas dengan lebih baik. Namun, orang tua tunggal harus menghadapi semua pekerjaan sendiri. Ya, kalau orangtua mereka ada di satu kota mungkin anak bisa ‘dititipkan’. Kalau nggak? Ya, semua harus ditanggung sendiri sehingga potensi mengalami burnout pun meningkat.
Salah satu ciri burnout yang dialami oleh orangtua tunggal adalah berkurangnya rasa sabar atau gampang marah. Baik ini marah kepada anak maupun marah gara-gara hal sepele dalam masakan. Hal lain yang kian membuat keluarga mengalami kebosanan akut adalah tingkat kesulitan pekerjaan dan bagaimana keluarga lain menghadapi keadaan karantina di rumah.
4. Apakah anak-anak juga mengalaminya?
Nggak hanya orang tua dan orang dewasa saja yang mengalami burnout. Anak kecil juga mengalami ini, lho! Kebosanan total pada anak-anak ditunjukkan melalui perasaan cemas, mudah marah, nilai menurun, atau nggak mau main bersama keluarga.
Dari penelitian di Italia, tuh, anak-anak menunjukkan dampak psikologis sebagai hasil dari lockdown total. Mereka jadi bandel, mudah marah, sulit tidur, dan memiliki masalah mental. Anak remaja juga mengalami stres akibat tugas sekolah yang meningkat dan nggak bisa kumpul bareng teman. Belum lagi clash sama orangtuanya, kan, bikin capek banget!
5. Bagaimana dengan hewan peliharaan?
Siapa bilang hewan tidak bisa mengalami kebosanan akut karena berkumpul terus dengan ‘keluarga’ manusianya? Mereka bisa merasakan stres yang dirasakan manusia, terutama anjing karena mereka memiliki skill untuk berkomunikasi efektif dengan manusia.
Kalau kucingmu mulai memiliki pola membuang kotoran yang berbeda, diare, muntah atau muntah bulu lebih banyak, suka sembunyi, dan nggak mau makan, ya, mungkin mereka mengalami burnout.
Burnout pada anjing, sih, biasanya mengalami muntah, diare, dan menurunnya selera makan. Mereka juga nggak seaktif dulu dan malas diajak main. Gaya gonggong berbeda, lebih agresif, suka merusak barang, serta jadi suka menjilat diri sendiri. Sstt, mereka juga membutuhkan me-time sama seperti manusia!
6. Bagaimana menghilangkan rasa kebosanan ini?
Untungnya hal ini bisa diatasi, lho. Kebosanan akut bisa dihindari jika kamu memiliki keseimbangan antara waktu bersama keluarga dan me-time. Saat menghadapi anak-anak, tuh, kita harus menanganinya lewat pendekatan positif–bukan hukuman–karena kita semua sedang kesulitan sekarang.
Selain itu harus ada rutinitas yang diterapkan di dalam keluarga. Seperti jam tidur, makan, belajar, kerja, maupun family time. Hal ini bertujuan agar rutinitas normal tetap terjadi di rumah.
Orangtua harus bisa membagi waktu antara tugas kantor dan membantu anak-anak terutama saat menjalani sekolah daring. Pasangan juga harus memberikan space kepada pasangan dengan cara mempersilakan mereka berjalan-jalan di luar, membaca buku di kamar, atau sekadar main game selama 1 jam tanpa diganggu.
Untuk hewan peliharaan, sih, beri rutinitas terstruktur untuk aktivitas fisik mereka. Jangan terus-terusan memeluk atau bermain dengan mereka, tetap beri space agar mereka bisa melakukan me-time. Kalau mereka lagi nggak mau main dengan kita, ya, sudah biarkan saja main sendiri. Perlakukan peliharaan seperti kalau kita sedang bekerja.
Untuk meningkatkan konsentrasi dan ketenangan hati, coba kamu pasang aromaterapi dan musik menenangkan di rumah yang akan membantu seluruh anggota keluarga juga, tak terkecuali hewan peliharaan.
Coba amati apa yang dirasakan oleh kamu dan keluargamu akhir-akhir ini di rumah. Apakah kalian semua sudah mengalami burnout dan bosan kumpul bareng di rumah? Bagaimana cara mengatasinya? Yuk, bagikan di kolom komentar.
Sstt, dengan mengenali tanda-tanda burnout, kamu bisa memperbaiki keadaan sebelum terjadi pertengkaran heboh! Ayo, sama-sama saling dukung untuk melewati masa pandemi ini bersama-sama.
Bagikan artikel ini