Hindari 7 Perkataan Ini saat Silaturahmi, Termasuk Body Shaming!
Jangan sampai bercanda dengan perkataan yang mengandung body shaming!
Tidak terasa bulan Ramadhan sudah berjalan setengahnya dan semakin dekat menuju Hari Raya Idul Fitri. Pasti sudah banyak, kan, agenda buka puasa bersama dengan berbagai circle pertemanan? Belum lagi agenda-agend saat Idul Fitri.
Bulan suci Ramadhan memang jadi momen yang sangat tepat untuk menjalin kontak lagi dengan teman-teman dan kerabat yang lama tidak berjumpa. Dalam pertemuan seperti ini tentunya akan ada banyak perbincangan yang terjadi.
Sebelum itu, pasti ada, dong, basa-basi tanya kabar, dan greetings saat baru bertemu setelah sekian lama?
Nah, basa-basi dan greetings ini jadi momen krusial yang kita perlu aware. Jangan sampai, saking bingungnya mau ngomong apa, lantas mengucapkan sesuatu yang mengandung unsur body shaming.
Kalau secara sengaja maupun tidak sengaja terucap, bisa-bisa lawan bicara kita jadi tersinggung. Jika sudah begini, situasi silaturahmi bisa jadi canggung dan vibes-nya tidak menyenangkan.
Seperti apa sih contoh perkataan body shaming? Yuk, kita telaah lebih lanjut agar bisa sama-sama lebih aware untuk tidak melakukannya!
Apa Itu Body Shaming?
Body shaming adalah tindakan melontarkan komentar yang kurang pantas atau negatif mengenai bentuk tubuh atau penampilan fisik seseorang.
Awalnya, yang paling disoroti adalah komentar tentang tubuh yang gemuk. Namun saat ini dengan orang-orang semakin aware terhadap mental health, definisi body shaming jadi meluas.
Bukan hanya mengomentari tubuh gemuk saja yang disebut body shaming, tapi mengomentari apapun yang berkaitan dengan penampilan fisik seseorang.
Bisa terlalu kurus, botak, pesek, sipit, dan lain-lain. Tentunya hal ini jadi berkonotasi negatif. Karena penampilan fisik merupakan karunia dan keunikan dari Tuhan bagi masing-masing orang.
Mengapa Body Shaming Bisa Terjadi?
Apa yang dikaruniakan oleh Tuhan untuk penampilan fisik seseorang sebenarnya semuanya sempurna adanya. Namun beberapa sering dianggap sebagai kekurangan karena adanya tolak ukur standar masyarakat atau persepsi ideal menurut masing-masing orang.
Terkadang inilah yang dikomentari dan menjadi perkataan body shaming. Padahal sebenarnya berkaitan dengan penampilan fisik ideal, juga tidak harus diikuti oleh semua orang.
Penampilan fisik beberapa memang bisa diimprovisasi atau diubah agar sesuai dengan standar ideal masyarakat. Namun ,prosesnya tidak mudah dan instan.
Selain itu, menerima ‘kekurangan’ fisik tanpa berusaha merubah juga adalah hak setiap orang. Maka orang lain di sekitarnya pun sebaiknya menghargai hal tersebut.
Dengan melontarkan komentar negatif mengenai penampilan fisik seseorang berarti melanggengkan ide bahwa bentuk atau penampilan fisik tertentu lebih ideal dari bentuk lainnya. Oleh karena itu kita perlu aware terhadap hal ini terlebih dahulu.
Selain itu, bagi budaya orang Indonesia, kadang body shaming terjadi secara tidak sengaja karena percakapan basa-basi atau bingung mencari topik pembicaraan.
Nah, menyikapi hal ini, seperti dilansir dari Cielo House, ada ungkapan yang populer di Amerika “if you don’t have something nice to say, don’t say anything at all”. Mungkin ada baiknya kita melakukannya juga.
BACA JUGA: 5 Cara Bebas Bad Mood saat Harus Ngumpul dengan Keluarga Besar
Apa Dampak Body Shaming?
Body shaming memiliki beberapa dampak, terutama secara emosional. Jika perkataan body shaming terlontar di depan umum, pasti orang yang dikomentari akan merasa malu.
Selain itu, body shaming akan membuat orang merasa tidak percaya diri, atau merasa marah pada dirinya sendiri karena memiliki kekurangan. Ada juga kemungkinan ketika perkataan body shaming terlontar, apa yang dikomentari itu sebenarnya adalah sesuatu yang sedang sekuat tenaga berusaha diubah.
Misal seseorang sedang berusaha keras untuk diet dan rutin olahraga agar berat badannya turun. Sejak memulai usahanya, berat badannya sudah berkurang 5kg.
Namun, saat acara buka puasa bersama, seorang teman ada yang berkomentar kalau ia terlihat gemuk. Mendengar komentar tersebut, ia jadi merasa usahanya menurunkan berat badannya jadi sia-sia karena di mata orang lain ia masih terlihat gemuk.
Ini bisa membuat ia patah semangat dan tidak mau melanjutkan program hidup sehatnya. Atau lebih gawatnya jadi melakukan diet yang tidak sehat agar berat badannya lebih cepat turun dan malah jatuh sakit.
Body shaming bisa berupa perkataan yang dimaksudkan untuk bercanda atau mencairkan suasana. Namun, dalam jangka panjang atau parah, body shaming bisa berdampak pada kesehatan mental seseorang.
Dilansir dari Very Well Mind, korban body shaming berisiko mengalami depresi, anxiety, membenci diri sendiri, self-harm, hingga eating disorder. Kita tidak pernah sepenuhnya mengerti apa yang ada di pikiran seseorang dan apa yang sedang dialami orang tersebut.
Oleh karena itu sebaiknya sebisa mungkin menghindari melontarkan perkataan body shaming.
Contoh Perkataan Body Shaming
Body shaming bisa menimpa laki-laki maupun perempuan dengan berbagai bentuk, tipe, dan ukuran tubuh. Ini contoh beberapa obrolan basa-basi yang rentan diselipi body shaming baik sengaja maupun tidak sengaja.
1. “Halo, lama nggak ketemu, ya. Makin subur aja, nih, kayaknya. Bahagia banget ya sama pacar baru?”
Subur, berisi, chubby, tembem, biasanya adalah istilah yang digunakan untuk memperhalus ungkapan gemuk atau gendut. Walaupun sudah diperhalus, sebaiknya tidak perlu diucapkan sama sekali, ya!
Bisa ganti dengan komentar lain seperti cantik atau keren, yang tidak berkaitan dengan bentuk tubuh.
2. “Hai bro, wah, baru kerja 5 tahun aja, bodi lu udah makin kayak bapak-bapak ya!”
Nah, ini perkataan body shaming yang kerap terlontar untuk laki-laki. Badan bapak-bapak yang dimaksud biasanya adalah gemuk dan perut buncit.
Bisa juga mengisyaratkan rambut yang mulai beruban atau botak. Padahal kasus kebotakan merupakan hal yang cukup sering dialami oleh laki-laki.
Biasanya ini juga sudah berusaha diatasi dengan berbagai perawatan namun bisa cukup sulit. Maka sebaiknya tidak perlu berkomentar seperti ini.
3. “Wah, buru-buru banget, ya, ke sininya sampai nggak sempat catok rambut? Tau gitu tadi gue bawain.”
Komentar ini biasanya kerap diterima perempuan Indonesia yang memiliki rambut keriting. Masih banyak anggapan di masyarakat bahwa wanita cantik adalah yang memiliki rambut lurus, panjang, dan halus.
Banyak wanita berusaha mencapainya dengan mencatok rambut setiap sebelum bepergian. Padahal sesungguhnya rambut keriting merupakan warisan genetik dari berbagai suku bangsa di Indonesia, dan seharusnya menjadi keunikan yang pantas diapresiasi.
Saat ini juga makin banyak produk perawatan rambut yang dikhususkan untuk membuat tekstur keriting alami rambut lebih menonjol. Jadi jika semakin banyak wanita Indonesia yang menerima dan merawat rambut keritingnya, semakin baik.
4. “Eh, lu nggak mau nambah lagi? Ini makanannya masih banyak, buat lu aja biar badan nggak tulang doang gitu!”
Hati-hati, perkataan seperti ini rawan sekali terlontar saat acara buka puasa bersama. Ini termasuk body shaming pada orang dengan tubuh yang dianggap terlalu kurus.
Padahal metabolisme tubuh orang-orang berbeda-beda. Ada orang yang sudah makan banyak, tapi tetap sulit untuk menaikkan berat badannya.
5. “Sini, lu di tengah aja yang cahayanya bagus, di pinggir lebih gelap, nanti gigi lu doang yang kelihatan.”
Berdasarkan data dari ZAP Beauty Index 2020, 23,3% wanita Indonesia menjadi korban body shaming karena warna kulit yang terlalu gelap, demikian dilansir dari Kata Data. Tidak hanya menimpa wanita, body shaming soal warna kulit juga kerap diterima oleh laki-laki.
Tentu hal ini sangat disayangkan karena warisan genetik warna kulit orang Indonesia pun beragam. Sayangnya, seringkali yang dianggap ideal masih kulit yang putih.
6. “Foto bareng, yuk, berdiri aja, ya! Eh, ayo berdiri lu biar kelihatan!”
Kata-kata ini biasanya merupakan candaan pada orang yang badannya dianggap pendek, kecil, atau bantet. Walaupun tidak secara langsung, ini tetap berisiko menyinggung perasaan. Apalagi bagi orang berusia dewasa, tinggi badan bukan lagi hal yang bisa diubah.
7. “Gue kemarin sempat lihat, nih, serum yang katanya bisa cepet ngilangin jerawat. Coba deh lu pake biar lebih mulus tuh muka.“
Jerawat adalah salah satu permasalahan kulit yang paling meresahkan wanita. Dari survei ZAP yang dilansir dari Kata Data, 36,4% wanita yang disurvei pernah mengalami body shaming karena kulit berjerawat.
Sebagai teman, mungkin maksudnya baik hendak merekomendasikan produk perawatan. Namun jika yang bersangkutan tidak bertanya secara spesifik, atau tidak ada obrolan soal itu sebelumnya, sebaiknya jangan.
Sebab dengan begitu, seakan-akan mengisyaratkan kalau si empunya kulit wajah sepertinya tidak melakukan usaha apa-apa. Padahal bisa jadi ia sudah melakukan berbagai usaha baik produk maupun perawatan, namun kulit berjerawatnya tidak kunjung membaik.
BACA JUGA: 5 Rekomendasi Tempat Bukber Estetik dan Instagramable di Jakarta
Nah, sekarang sudah lebih jelas, kan, contoh perkataan body shaming. Yuk, mulai sekarang lebih sadar dengan apa yang kita ucapkan saat basa-basi dan silaturahmi untuk menjaga perasaan satu sama lain. Apakah kamu punya pengalaman pribadi terkait body shamming?
Cari kost di Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya? Kost Rukita pilihan tepat! Rukita memiliki fasilitas eksklusif dan berada di lokasi strategis. Dekat dengan perkantoran, kampus, dan tempat kiliner. Cek video di atas untuk tahu keunggulan Rukita, yuk.
Agar cari kost lebih mudah, gunakan aplikasi Rukita yang bisa kamu download di Play Store atau App Store. Bisa juga tanya-tanya langsung ke Nikita (customer service Rukita) di +62 811-1546-477 atau kunjungi www.Rukita.co.
Jangan lupa follow Instagram Rukita di @Rukita_indo dan Twitter @Rukita_id supaya nggak ketinggalan diskon dan update terkini!
Bagikan artikel ini