Quiet Firing adalah Fenomena Baru di Dunia Kerja, Apa Maksudnya?
Quiet firing adalah fenomena pemecatan diam-diam di perusahaan. Sudah tahukah kamu?
Setelah fenomena quiet quitting yang menjadi tren beberapa waktu lalu, kini muncul lagi fenomena baru yang disebut sebagai quiet firing. Apabila quiet quitting merupakan cara karyawan untuk bekerja sesuai jatah dan jam kerja yang tidak berlebihan, maka quiet firing adalah suatu fenomena yang berlaku untuk para pemberi kerja.
Quiet firing bisa dikatakan merupakan suatu bom waktu. Ini merupakan strategi dari perusahaan untuk memojokkan karyawan atau pihak yang lemah. Dalam kata lain quiet firing adalah sebuah strategi yang bisa dilakukan oleh para ‘bos’ untuk memberikan pemecatan secara diam-diam bagi karyawannya.
Lebih lanjut, pemecatan diam-diam ini juga berarti sebagai tindakan dari pemberi kerja yang mengabaikan karyawan secara perlahan. Hal ini tentunya akan membuat karyawan tersebut merasa tidak betah sehingga akan berhenti dengan sendirinya.
Quiet Firing adalah Fenomena yang Harus Dihindari, Cek Faktanya!
Seorang ahli rekrutmen asal Amerika Serikat, Bonnie Dilber menjelaskan bagaimana kurangnya dukungan dan komunikasi dapat menyebabkan seseorang mengundurkan diri dari pekerjaannya. Selain itu, dirinya juga menjelaskan bahwa pemecatan karyawan secara diam-diam ini bisa dilakukan lewat sejumlah cara.
Seperti misalnya dengan cara memberi mereka pekerjaan tambahan, tidak memberikan pujian, tidak memberikan kenaikan gaji, ataupun membatalkan janji temu penting yang sudah dijadwalkan dari jauh-jauh hari.
Jadi makin penasaran dengan fenomena ini? Yuk, intip beberapa fakta mengenai quiet firing berikut ini!
1. Quiet firing adalah suatu tindakan yang menguntungkan perusahaan, benarkah demikian?
Bonnie Dilber juga menambahkan bahwa pendekatan ini memang nyatanya sering berhasil untuk perusahaan. Hal itu dikarenakan para karyawan akan memilih untuk resign dengan sendirinya.
Biasanya para karyawan yang sedang mengalami fenomena ini perlahan akan mulai dikeluarkan dari sebuah proyek yang sebelumnya dia ikuti. Tidak hanya itu, mereka juga biasanya sudah tidak diperbolehkan lagi untuk mengetahui perkembangan terbaru dari proyek yang dijalankan tersebut.
Tentunya, nih, seiring berjalannya waktu para karyawan tersebut akan menjadi merasa kurang kompeten dalam pekerjaannya. Mereka juga akan merasa diabaikan, tidak dihargai, hingga akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri.
Apabila karyawan merasa dirugikan dari fenomena ini, justru hal sebaliknya yang dirasakan oleh pihak perusahaan. Bonnie Dilber mengatakan, dengan adanya quiet firing ini bisa membawa sejumlah manfaat jika dilihat dari sisi perusahaan.
Salah satunya keuntungan yang akan didapatkan perusahaan adalah mereka tidak perlu lagi memikirkan besaran pesangon. Di mana seharusnya perusahaan memberikannya kepada karyawan yang dipecat.
BACA JUGA:
- Fenomena Quiet Quitting adalah Tren Dunia Kerja yang Ramai Dibicarakan Gen Z, Apa Itu?
- Apa Perbedaan Cover Letter dan Surat Lamaran Kerja? Intip 5 Contoh Cover Letter di Sini
- 7 Pekerjaan Unik dengan Gaji Tinggi | Tukang Tidur Profesional Digaji 2 Miliar!
2. Banyak pimpinan perusahaan yang tidak peduli dan menginspirasi karyawannya
Maraknya fenomena quiet firing adalah disebabkan oleh masih banyaknya atasan yang tidak dapat membangun hubungan baik dengan anggota timnya. Hal ini kemudian menyebabkan para atasan menganggap bahwa dengan membina bawahan mereka menjadikan itu suatu beban yang harus dilakukan.
Selain itu, banyak juga para atasan yang tidak dapat melakukan percakapan yang baik dengan karyawannya mengenai kinerja pada suatu aspek pekerjaan. Biasanya para atasan ini lebih cenderung diam dan tidak membicarakannya kepada karyawan yang bersangkutan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh perusahaan konsultan McKinsey & Company, ditemukan bahwa kurangnya kesempatan untuk pengembangan dan kemajuan karier, serta memiliki atasan yang tidak peduli dan tidak menginspirasi adalah alasan utama seseorang berhenti dari pekerjaannya.
Melalui hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang atasan yang baik perlu membangun kepercayaan dengan karyawannya yang didasari tiga faktor, yaitu saling menghormati, hubungan positif, serta konsistensi dan keahlian.
3. Komunikasi yang baik merupakan solusi fenomena ini
Daripada harus memecat karyawan secara diam-diam, para atasan sebaiknya mengatasi fenomena quiet firing ini dengan berkomunikasi secara langsung dan terbuka dalam dialog konstruktif bersama karyawan mereka. Pada percakapan ini, setiap permasalahan harus dibahas terutama mengenai kinerja masing-masing.
Intinya adalah memiliki komunikasi yang baik dengan karyawan diperlukan bagi seorang atasan untuk menghadapi kinerja atau sikap buruk daripada harus melakukan quiet firing terhadap karyawannya. Setuju?
Itulah deretan fakta mengenai fenomena quiet firing. Jadi, quiet firing adalah suatu fenomena yang sebaiknya dihindari dalam dunia kerja karena dapat membuat suasana perusahaan malah menjadi tidak kondusif.
Kamu punya pendapat lain mengenai quiet firing? Share di kolom komentar, yuk.
Kamu sedang cari kost coliving dekat dengan pusat kuliner, perkantoran, kampus, mal, rumah sakit, maupun tempat strategis lainnya? Cobain ngekost di Rukita saja!
Tersedia berbagai pilihan jenis kost coliving Rukita yang berada di lokasi strategis dengan akses mudah dekat berbagai tempat strategis. Nggak hanya di Jabodetabek dan Pulau Jawa saja, ada juga di beberapa kota besar Indonesia lainnya!
Jangan lupa unduh aplikasi Rukita via Google Play Store atau App Store, bisa juga langsung hubungi Nikita (customer service Rukita) di +62 811-1546-477, atau kunjungi www.rukita.co.
Follow juga akun Instagram Rukita di @Rukita_Indo dan Twitter di @Rukita_Id untuk berbagai info terkini serta promo menarik lainnya, ya!
Bagikan artikel ini