5 Hal yang Wajib Dipikirkan saat Membuat Rencana Liburan selama Pandemi Covid-19
Banyak dari kita mungkin sedang berpikiran untuk merencanakan liburan akhir tahun. Mungkin ada yang terbiasa ke Bali tiap Tahun Baru, atau pulang kampung ke rumah. Namun, kini ada banyak risiko traveling sehingga kamu harus mengkonsiderasikan segala rencana liburan saat pandemi Covid-19.
Nggak usah bicara akhir tahun, deh. Banyak penawaran tiket penerbangan murah sementara tempat wisata pun kembali dibuka satu per satu. Hal ini godaan bagi yang ingin liburan ke luar daerah karena sudah bosan di rumah atau kost terus selama 7 bulan. Sekali lagi, sih, baik untuk tujuan liburan atau mengunjungi keluarga kamu harus memperhatikan lagi rencana liburan pandemi ini.
Penyelenggara transportasi dan fasilitas umum sudah berusaha mengurangi risiko penularan dengan berbagai prosedur kesehatan, namun risiko tetap ada. Risiko akan terjadi lebih besar kalau kamu datang dari atau menuju zona merah, apalagi kalau akan menemui anggota keluarga yang sudah tua.
Saatnya bijak merencanakan liburan saat pandemi ini agar tidak berubah jadi bencana!
5 Pertanyaan untuk Diri Sendiri sebelum Liburan saat Pandemi
Kadang, tuh, kita wajib bepergian akibat tugas maupun keperluan pribadi. Namun, apa pun alasanmu, sebaiknya pikirkan dulu matang-matang rencana liburanmu di puncak pandemi Covid-19 ini. Kalau ternyata nggak urgent, ya, tunda saja karena kemungkinan vaksin sudah ada tahun depan, kok!
1. Bagaimana tingkatan risiko area keberangkatan dan tujuan?
Kalau mau bepergian, tuh, kamu harus memikirkan kondisi wilayahmu dan wilayah tujuan. Kamu akan mengetahuinya dari tingkat reproduksi penularan (RO) dan kasus terbaru. RO atgau R-naught ini yang mengindikasi warna zonasi Covid-19. RO adalah rata-rata jumlah orang yang bisa ditulari oleh satu orang.
Tiap negara memiliki RO yang berbeda, maka dari itu orang-orang dari zona merah dan hitam diminta tidak pergi ke zona oranye-hijau dan sebaliknya. Kalau kamu harus bepergian ke zona merah atau hitam, lebih baik ukur skala kepentingannya dulu. Semakin tinggi RO-nya maka semakin mungkin, lho, kamu bertemu dengan orang yang positif Covid, baik dengan atau tanpa gejala.
2. Apakah kamu harus banget bepergian?
Kalau kamu akan pergi dari atau menuju zona merah, pikirkan dulu apakah harus banget traveling ke sana? Selain itu, saat membuat rencana liburan yang harus mengunjungi teman atau keluarga pastikan mereka bersedia menerima orang saat pandemi. Kalau kamu tahu bisa ikut mengancam risiko kesehatan, mending pikir dua kali, deh!
Pastikan semua pihak yag terlibat dalam rencana liburanmu sudah mengetahui dan setuju akan risiko yang ada. Semua harus jujur dan nggak boleh ada perasaan nggak enak, dong. Kalau kamu nggak berani bicara atau mereka nggak berani bicara jujur maka kemungkinan mereka bukanlah orang tepat yang harus kamu temui.
3. Bagaimana risiko penularan terhadap orang lain?
Penting untuk mengerti risiko yang kamu bawa berdasarkan kegiatan dan kontak yang kamu miliki sebelum bepergian. Pikirkan berapa banyak orang yang akan berinteraksi denganmu di dalam ruangan dan luar ruangan, dengan atau tanpa protokol kesehatan dan sebagainya.
Kamu harus tanyakan hal yang sama saat bertemu dengan orang-orang di tempat tujuan juga, “Apakah mereka juga sudah berhati-hati?” Sudah menjadi tanggung jawab kita semua untuk menjaga kesehatan satu sama lain. Maka dari itu, kurangi mobilisasi dan kontak dengan orang beberapa minggu sebelum traveling, atau jaga jarak serta terus memakai masker saat berkunjung ke rumah orang.
Jangan mengunjungi lansia, anak-anak, dan orang yang memiliki penyakit bawaan. Saat bertemu dengan anggota keluarga yang lebih sehat dan bugar pun lakukan protokol kesehatan. Kamu nggak mau, kan, jadi penyebar cluster keluarga dan membuat keluargamu sendiri sakit, bahkan meninggal?
4. Apa saja kegiatan selama berkunjung?
Pikirkan apa saja kegiatan yang akan kamu lakukan saat bepergian. Kalau mau bikin acara makan-makan besar dengan campuran peserta beberapa keluarga dan teman, tuh, hal ini berisiko tinggi. Mending, kamu kumpul bareng dengan keluarga satu rumah saja sementara lakukan dinner virtual saja dengan keluarga lain kalau memang kangen berat.
Kalau mau kumpul agak banyak, tuh, sebaiknya dilakukan di luar ruangan dengan jarak antarkursi sekitar 1,5 meter untuk menurunkan risiko penularan Covid-19. Jadi, lebih baik kamu membuat rencana liburan pandemi berisi aktivitas outdoor seperti ke pantai, hiking, berkebun, dan sebagainya.
Kalau kamu bakal stay lama, nih, lakukan karantina mandiri 14 hari sebelum kontak dengan orang lain. Kamu akan menjamin keamanan bagi orang lain saat akan berkumpul bersama ke depannya. Selain itu, batasi jumlah orang yang kamu temui saat travelling. Temui orang-orang yang penting saja dan lakukan di tempat yang aman.
5. Bisa naik kendaraan pribadi nggak?
Menyetir sendiri atau pergi dengan orang serumah adalah cara teraman untuk mengurangi risiko penularan saat traveling. Kamu nggak akan kontak dengan orang lain dalam waktu lama–tidak seperti bus atau kereta dan tidak berada di tempat yang cukup sempit seperti pesawat. Kamu nggak tahu, kan, kalau ada penumpang yang tanpa gejala?
Kalau kamu harus berhenti di rest area atau hotel, nih, pastikan pakai masker terus dan nggak usah duduk berlama-lama di tempat umum. Cuci tangan juga atau pakai hand sanitizer sebelum kembali ke mobil atau motormu.
Kalau terpaksa naik pesawat atau kereta, ya, pastikan mereka memiliki HEPA filter dan protokol kesehatan yang baik. FYI, pesawat adalah pilihan transportasi umum yang baik. Pakai masker, face shield, hand sanitizer, dan disinfektan untuk mengelap permukaan kursi dan barang lain.
Apakah kamu masih tertarik berkunjung ke keluarga atau teman di luar kota maupun jalan-jalan saat pandemi? Kita semua harus berhati-hati, ya, saat mau bepergian karena bisa saja kamu malah membawa petaka ke tempat tujuan!
Apakah kamu baru-baru ini sudah bepergian ke luar kota atau luar negeri? Ceritakan pengamalanmu di kolom komentar nyaman atau tidaknya traveling saat pandemi.
Bagikan artikel ini