10 Fakta Coronavirus yang Masih Jadi Misteri dan Perlu Dipahami
Pada akhir Desember 2019 lalu kita mulai mendengar penyakit baru muncul di Tiongkok. Tak lama Wuhan pun diisolasi dan menyusul ribuan orang meninggal. Lalu wabah masuk ke Italia dan kini Amerika jadi pusat pandemik baru. Di Indonesia angka kasusnya sudah mencapai 1.677 ketika artikel ini ditulis! Meski ada banyak kabar mengenai Covid-19, ada beberapa fakta Coronavirus yang harus dipahami.
Para petugas medis sedang berjuang di lini depan. Seluruh negara menerapkan social distancing dan kita semua diminta untuk #dirumahaja. Para peneliti medis juga sedang mencoba mengembangkan obat dan vaksin, jadi semua memang sedang berjuang menurut porsi masing-masing.
Covid-19 merupakan penyakit yang menular dengan cepat lewat droplets. Oleh karena itu, kita memang harus benar-benar menjaga kebersihan. Ayo, ketahui fakta-fakta Coronavirus yang mungkin belum kamu ketahui agar tidak bingung lagi.
Fakta yang Belum Diketahui Kepastiannya Mengenai Virus SARS-Cov-2
Saat pertama kali penyakit ini muncul banyak orang belum panik. Orang muda merasa tidak akan sakit, sementara orang tualah yang perlu waspada. Belakangan semakin banyak orang muda terinfeksi dan berujung fatal. Yakin sudah tahu fakta Corona?
1. Seberapa mematikan virus ini sebenarnya?
Fakta Coronavirus pertama berhubungan dengan ketakutan semua orang. Sampai sekarang belum jelas bagaimana mematikannya virus Coronavirus yang penyakitnya disebut Covid-19 ini. Kita baru tahu angka potensi kematiannya setelah mengetahui berapa jumlah infeksi keseluruhan.
Per Maret 2020 WHO menyatakan angka kematian atau mortality rate dari Covid-19 adalah 3,4% secara global, sedangkan flu hanya kurang dari 1%. Virus ini memang tidak semematikan ebola yang membunuh 2/3 orang yang terinveksi, namun lebih mematikan dari virus-virus flu sebelumnya.
Namun, persentase ini bisa turun kalau kita mengetahui jumlah total keseluruhan orang yang terinfeksi. Berbagai negara tidak memberi tes kepada orang tanpa gejala. Awalnya, sih, hanya orang lanjut usia dan orang dengan penyakit komplikasi yang meninggal, tetapi kini banyak orang muda sehat juga meninggal sehingga meningkatkan kekhawatiran para ahli.
2. Berapa banyak orang yang sudah terinveksi?
Per tanggal 30 Maret 2020, sudah ada 786.000 orang di dunia yang terinveksi dengan novel Coronavirus. Namun, angka ini hanya sedikit dari total infeksi yang sebenarnya ada. Penyebabnya ditemukannya orang-orang yang positif terinveksi Covid-19 tanpa memiliki gejala dan terlihat sehat padahal tetap bisa menulari orang lain.
Sebagian besar negara di dunia tidak melakukan tes ke seluruh penduduknya melainkan hanya kepada mereka yang memiliki gejala maupun maupun kontak langsung dengan pasien positif Covid-19. Faktor penghambatnya adalah keterbatasan alat tes. Di Indonesia sendiri pemerintah akan kesulitan untuk melakukan tes bagi 200 juta penduduknya.
Kini para peneliti mengembangkan tes antibodi yang lebih mudah dilakukan dan lebih murah. Tes ini juga dipakai Indonesia untuk rapid test. Kalau tes cepat massal bisa dilakukan di seluruh dunia kemungkinan angka infeksinya akan semakin mendekati akurat.
3. Gejala penyakit
Menurut WHO gejala utama dari Covid-19 adalah demam, tubuh lelah, dan batuk kering. Kalau mengalami hal ini setiap orang harus waspada dan melaporkan diri kepada tenaga medis. FYI, ada pula gejala-gejala lain yang dialami pasien Covid-19 seperti radang, pusing, hidung mampet, sesak napas, bahkan diare.
Ada juga yang kehilangan indra penciuman dan perasa. Faktanya 80% orang yang terkena Covid-19 mengalami gejala ringan seperti flu biasa dan tidak perlu dirawat di Rumah Sakit.
Banyaknya variasi dari gejala ini membuat banyak orang tidak menyadari dirinya sakit. Hal inilah yang menyebabkan Corona berbahaya karena orang-orang tidak sadar telah menyebarkan virus ke mana-mana.
4. Asalnya dari mana?
Pertanyaan untuk fakta yang satu ini cukup banyak. Sebenarnya apa penyebab SARS-Covid-19? Bagaimana virus ini bisa masuk di pasar Wuhan dan bagaimana awalnya bisa menginfeksi manusia?
Virus SARS-Cov-2 ini memang muncul di pasar hewan Wuhan pada akhir tahun 2019. Virus ini berasal dari kelelawar yang terinfeksi, lalu ditransfer ke hewan lain dan akhirnya menginfeksi manusia. Link yang belum ditemukan adalah hewan apa yang menjadi perantara virus dari kelelawar ke manusia.
Kemungkinan, sih, hewan perantara ini adalah sesuatu yang biasa dikonsumsi manusia seperti daging, ikan, seafood, dan sebagainya. Hal ini dikarenakan pasar hewan Wuhan merupakan pasar basah yang juga menjual bahan makanan. Hewan carrier yang menjadi akar masalah ini masih terus dicari karena pasti memengaruhi ekologi.
5. Apakah virus akan hilang di musim panas dan kemarau?
Fakta Coronavirus ini jadi harapan pada beberapa bulan mendatang. Flu merupakan penyakit yang muncul saat cuaca dingin, seperti musim dingin ataupun musim hujan. Namun, kita belum tahu apakah penyebaran novel Coronavirus ini akan melambat di suhu yang lebih panas.
Apabila angka kasus bisa turun di musim panas tetapi tidak semua orang sembuh, maka saat musim dingin dipastikan angka kasus akan kembali meningkat tajam. Musim yang lebih dingin sangatlah berbahaya bagi pasien dengan Covid-19 serta tenaga medis. Rumah sakit dipenuhi oleh orang yang terkena Covid-19, flu biasa, dan demam berdarah.
Studi yang dilakukan oleh Social Science Research Network menyebutkan bahwa SARS-Cov-2 tidak bisa menyebar efektif di cuaca panas dan lembap. Namun, kajian ini masih perlu diteliti lebih lanjut dan kita hanya bisa menunggu beberapa bulan ke depan saat musim panas dan kemarau datang.
6. Apakah anak kecil bisa jadi carrier terbesar?
Untungnya, sih, kasus Covid-19 pada anak-anak tidak berbahaya dibandingkan ketika penyakit ini menginfeksi orang dewasa. Namun, bukan berarti mereka tidak bisa terinfeksi dan menjadi carrier.
Kita semua tahu bahwa anak-anak selalu bermain dengan teman-temannya dan suka menyentuh apa saja. Kuman, bakteri, dan virus sangatlah mudah tersebar di antara anak-anak. Di rumah pun mereka dengan mudah bisa menulari keluarga, bahkan menulari guru di sekolah.
Kadang anak-anak hanya memiliki gejala ringan atau bahkan tanpa gejala, jadi bisa saja menjadi penyebar virus. Biasanya anak-anak adalah super spreader, namun kita tidak tahu sejauh mana peran anak-anak dalam menyebarkan Covid-19.
7. Bisakah kita jadi kebal?
Virus biasanya akan mati jika sudah dibunuh oleh imunitas tubuh. Oleh karena itu, menjaga kekebalan tubuh sangatlah penting agar tidak tertular Covid-19, atau sekadar terkena gejala ringan flu saja.
Ada banyak sekali spekulasi mengenai bagaimana imunitas tubuh dapat bertahan melawan SARS-Cov-2. Namun, buktinya sangat kecil karena virus ini baru muncul sekitar 3 bulan terakhir. Imun tubuh pasti melawan penyakit meski masih diteliti berapa lama dapat bertahannya.
Pertanyaan berikutnya: apakah kamu bisa terinfeksi lebih dari sekali? Muncul kekhawatiran bila orang yang sembuh dari Covid-19 tidak menjadi imun terhadap penyakitnya apalagi ada bukti orang yang sakit hingga dua kali. Namun, hal ini belum diketahui secara pasti karena bisa saja ada error yang terjadi saat melakukan tes terakhir.
8. Kenapa ada orang yang gejalanya lebih parah?
Banyak orang yang terkena Covid-19 mengalami gejala ringan atau sedang. Namun, ada pula 20% orang yang mengalami gejala parah sehingga memerlukan alat bantu pernapasan bahkan akhirnya meninggal. Kondisi kekebalan tubuh seseorang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan skala infeksi.
Kondisi kekebalan ini bisa terjadi karena faktor genetik maupun penyakit yang diderita. Maka dari itu, orang yang memiliki penyakit organ dalam seperti jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, dan saluran pernapasan menjadi kelompok yang rentan terkena gejala parah.
Jurnal dari The Lancet juga menunjukkan bahwa kemungkinan ini terjadi karena viral load dalam tubuh manusia. Viral load adalah jumlah virus yang terdeteksi di dalam tubuh manusia. Semakin tinggi angka perkembangan virus dalam tubuh, maka orang akan semakin sakit. Namun penelitian ini masih dalam proses pengkajian, ya.
9. Apakah virus ini bermutasi?
Fakta Coronavirus yang masih jadi misteri selanjutnya adalah mengenai mutasi virus. Virus selalu bermutasi, namun biasanya perubahan genetika virus ini tidak akan membuat perbedaan besar.
Kita bisa berharap bahwa virus akan berevolusi dan menjadi kurang berbahaya ke depannya, sama seperti flu biasa. Nah, yang dikhawatirkan adalah bila mutasi virus berubah cukup drastis dan sistem imun tidak lagi mengenalinya sehingga vaksin tidak dapat bekerja optimal dan harus dibuat ulang.
10. Kapan vaksin akan siap?
Fakta terakhir Coronavirus yang masih dipertanyakan dan dinantikan adalah vaksin. Terdapat 35 perusahaan dan institusi sedang berlomba-lomba membuat vaksin untuk SARS-Cov-2. Sudah ada 4 perusahaan yang maju ke fase tes binatang dan 1 perusahaan sudah melakukan tes kepada manusia.
Fase ini terbilang cepat dibandingkan masa lampau karena Tiongkok membagikan sequence dari genetika SARS-Cov-2 sejak awal Januari. Perusahaan-perusahaan ini bergerak cepat untuk menghentikan pandemik sekaligus mempersiapkan vaksin Coronavirus lain yang mungkin akan muncul di masa mendatang.
Tidak mungkin proses pembuatan vaksin selesai dalam kurun waktu di bawah 1 tahun karena banyaknya tahapan uji yang harus dilewati. Jikalau vaksin yang tepat sudah ditemukan, perusahaan masih membutuhkan waktu untuk melakukan produksi massal yang tentunya juga butuh waktu. Jadi, belum tahu kapan tepatnya kita akan mendapatkan vaksin bagi Covid-19.
Terlalu banyak pertanyaan dan fakta novel Coronavirus yang belum terjawab. Kini, kita hanya bisa menunggu hasil kerja ahli kesehatan dan pemerintah sambil sebisa mungkin memutus tali penyebaran dengan #dirumahaja.
Ayo, jaga kesehatan! Jangan sampai menulari orang lain terutama orang tua dan anggota keluarga lain.
Apakah kamu mengetahui fakta lain dari Covid-19, atau ada hal tertentu ingin Rukita bahas lebih lanjut? Tinggalkan komentar di bawah ini, ya.
Bagikan artikel ini