Mengenal Autisme: Pengertian, Gejala, dan Pengobatan
Autis adalah kelainan perkembangan saraf yang menyebabkan gangguan perilaku dan interaksi sosial
Jika dilihat sekilas orang yang mengidap autis akan tampak berbeda jika dibandingkan dengan orang pada umumnya. Biasanya mereka akan menunjukkan perilaku tidak normal atau tidak biasa. Misal, ketika berkomunikasi terlihat tidak pernah menatap mata lawan bicara dan cenderung mudah terdistraksi. Tangan yang selalu bergoyang atau mengepal serta respon yang tidak biasa ketika diajak berbicara.
Gejala autis juga lebih sering terdeteksi pada masa kanak-kanak, tapi tak menutup kemungkinan bisa ditemukan ketika sudah dewasa. Autisme ini juga disebut sebagai gangguan spektrum autisme atau autism spectrum disorder (ASD). Hal ini karena gejala dan tingkat keparahannya bervariasi pada tiap penderita.
Mengenal Lebih dalam Tentang Autisme
Tahu nggak sih kalau anak autis itu cenderung lemah terhadap atensi kelompok. Apa sih maksudnya? Maksudnya adalah mereka nggak bisa secara spontan memerhatikan apa yang orang lain perhatikan.
Karena itu lah kamu akan sering menemukan orang dengan gangguan autisme tidak bisa fokus pada apa yang kita perhatikan atau pada topik pembicaraan. Nah, tapi sebenarnya apa itu gangguan autis? Melalui artikel ini kamu akan mengenal lebih jauh tentang gangguan autisme.
Yuk, cek ulasan lengkapnya berikut:
1. Pengertian autis adalah
Seperti yang sudah dijelaskan secara singkat di atas, autis adalah orang atau penderita yang mengalami gangguan pada sistem sarafnya. Sehingga memengaruhi perilaku sehari-hari atau yang disebut juga dengan neurobehaviour. Autis memiliki nama lain autism spectrum disorder (ASD) di mana hal ini memberikan dampak pada perkembangan bahasa dan kemampuan seseorang dalam berkomunikasi, berinteraksi, dan berperilaku.
Untuk itu penderita autis mengalami kesulitan memahami apa yang orang lain pikirkan dan rasakan. Hal ini juga yang membuat mereka sulit mengekspresikan perasaan diri. Tak jarang beberapa penyandang autis sering menunjukkan perilaku agresif karena ketidakmampuan mereka untuk menunjukkan apa yang mereka rasa.
Secara verbal maupun non-verbal, penyandang autis tetap kesulitan mengeskpresikan diri. Hebatnya, meski sulit berkomunikasi dan mengekspresikan diri, penyandang autisme mampu memiliki keterampilan di bidang lain. Ya, bisa dibilang kemampuan mereka berkembang tidak merata.
Misal, meski pengidap autisme ini kesulitan berkomunikasi bisa saja dia justru lebih mahir dalam seni, musik, memori, hingga matematika. Kondisi mereka bisa dibilang cukup spesial ya teman-teman.
BACA JUGA: Epilepsi adalah Gangguan Sistem Saraf, Bahayakah? Ini Dia Faktanya!
2. Penyebab dan gejala autis adalah
Sebenarnya penyebab autisme belum diketahui secara pasti. Tapi ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan kondisi autisme, di antaranya jenis kelamin, faktor keturunan dalam keluarga, dan kelahiran prematur.
Dilansir dari Halodoc, menyebutkan para ahli juga mengidentifikasi adanya beberapa gen yang dicurigai memiliki kaitan dengan ASD. Untuk itu faktor keturunan menjadi salah satu faktor yang sangat memungkinkan.
Gen-gen tersebut bisa muncul dan bermutasi secara spontan. Dalam kasus lain, seseorang bisa mengidap autisme karena mewarasi gen dari orang tuanya. Sama seperti halnya dengan anak kembar. Jika satu anak kembar mengidap autisme maka 36-95 persen risiko yang sama juga terjadi pada anak kembar lainnya.
Perlu diingat juga kalau faktor lingkungan bisa menjadi salah satu penyebab ASD berkembang, meskipun dokter bisa mengkonfirmasi kebenarannya. Namun perlu kamu ketahui kalau autis tidak akan disebabkan oleh hal-hal berikut:
- Pola asuh orang tua yang buruk.
- Penggunaan vaksin, seperti vaksin MMR.
- Konsumsi makanan dan minuman.
- Infeksi yang dapat menular.
3. Gejala autisme
Gejala dan tingkat keparahan autisme berbeda-beda. Penderita yang mengalami gejala ringan kebanyakan tidak akan menghambat aktivitas sehari-hari. Berbeda dengan penderita yang memiliki gejala berat, penderita akan membutuhkan bantuan untuk bisa menjalani aktivitas sehari-hari.
Berikut adalah gejala yang dialami oleh seseorang yang mengidap autis:
- Gangguan komunikasi dan interaksi sosial. Gejala ini bisa melibatkan masalah kepekaan penderita terhadap lingkungan sosialnya dan gangguan penggunaan bahasa verbal maupun non-verbal. Penderita biasanya enggan berbicara dengan orang lain dan sering mengulang kata yang sama.
- Gangguan perilaku di mana penderita autis akan melakukan gerakan yang sama secara berulang, misalnya selalu berjalan dengan berjinjit, mengetuk-ngetuk, atau meremas tangan, serta bisa merasa kesal jika rutinitas tersebut terganggu. Hal ini meliputi pola pikir, minat, dan perilaku berulang yang kaku.
- Gangguan lain seperti gangguan kognitif yang bisa menghambar belajar seperti gangguan mood atau reaksi emosional dan kejang.
4. Pengobatan autisme
Kamu harus tahu kalau kondisi autisme ini tidak bisa disembuhkan, ya. Meski begitu ada banyak jenis penanganan yang dapat kamu lakukan untuk membantu pengidap autisme. Bukan untuk menyembuhkan tapi bertujuan agar mereka bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari.
Melalui penanganan ini juga bisa membantu para pengidap autis mengembangkan potensi dalam diri mereka secara optimal. Penanganan ini berupa terapi yang sering kali digunakan oleh para dokter. Tapi jenis terapi bisa berbeda-beda di setiap kondisi pengidap autis, ya. Di bawah ini ada beberapa terapi umum yang biasa dipakai untuk pengidap autisme.
1. Terapi perilaku dan komunikasi
Seperti namanya, terapi ini berfungsi untuk memberikan sejumlah pengajaran pada pengidap autis seperti kemampuan dasar sehari-hari, baik verbal maupun nonverbal. Ada beberapa jenis terapi perilaku dan komunikasi:
- Applied Behavior Analysis (ABA)
Terapi ini bisa diaplikasikan pada pengidap autis anak-anak dan orang dewasa. Terapi ini dirancang untuk memunculkan atau mengubah perilaku positif pada orang tersebut. Caranya dengan menggunakan sistem penghargaan. Setiap perubahan atau perilaku positif yang muncul, akan diberikan penghargaan.
- Terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioral Therapy)
Sama seperti terapi ABA, terapi kognitif ini juga bisa diterapkan pada pengidap autis anak-anak dan orang dewasa. Dalam terapi CBT, para pengidap autisme akan diajari memahami dan mengidentifikasi pikiran serta perasaan perilaku mereka. Terapi ini juga membantu pengidap untuk mengelola kecemasan, mengenali emosi orang lain dan mengatasi situasi sosial dengan lebih baik.
- Social Skills Training (SST)
Terapi satu ini adalah yang tersulit untuk sebagian pengidap autisme. Pada terapi ini pengidap harus berinteraksi dengan banyak orang. Sedangkan seperti yang kita tahu, tidak semua pengidap autisme suka berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, terapi ini menjadi tantangan besar bagi mereka yang menjalaninya.2
2. Pemberian obat-obatan
Jika seorang pengidap autisme memiliki gejala yang cukup berat dan sering kali kambuh, maka pemberian obat-obatan ini bisa mengendalikan gejalanya. Ingat ya bukan untuk menyembuhkan. Obat tersebut bisa seperti mengatasi kejang, obat untuk mengatasi masalah perilaku, obat untuk mengatasi depresi, dan obat untuk mengatasi gangguan tidur.
Sekarang kamu sudah cukup tahu tentang gangguan autis bukan? Jika kamu memiliki keluarga dengan gejala autis segeralah konsultasikan ke dokter, agar bisa mendapatkan penanganan terapi yang tepat.
Cari kost eksklusif dengan kantor atau kampus mulai dari Rp1 jutaan? Yuk, kost di Rukita! Kamu bisa menemukan Rukita di berbagai area strategis, di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, dan Malang.
Fasilitasnya yang lengkap dan modern akan membuatmu merasa #SenyamanDiRumah. Mau tahu apa saja keunggulan Rukita? Yuk, lihat di video atas!
Temukan kost idamanmu di aplikasi Rukita yang bisa kamu unduh di Play Store atau App Store Mau tanya langsung tentang Rukita? Bisa hubungi Nikita (customer service Rukita) di +62 811-1546-477 atau kunjungi www.Rukita.co.
Jangan lupa follow Instagram Rukita di @Rukita_indo dan Twitter @Rukita_id supaya nggak ketinggalan diskon dan update terkini!
Bagikan artikel ini