Sebelum Membeli, Yuk, Kenali Dulu Perbedaan Antiseptik dan Disinfektan!
Apakah antiseptik dan disinfektan itu sama?
Wabah virus Corona atau Covid-19/SARS Cov-2 telah menjadi pandemik di seluruh dunia, termasuk juga di Indonesia. Saat ini tercatat lebih dari 500 orang yang positif terkena Covid-19. Berbagai upaya pun dilakukan, termasuk salah satunya rajin mencuci tangan dengan sabun atau antiseptik lainnya.
Nah, tangan yang kotor diyakini bisa membawa virus ke dalam tubuh atau bahkan menyebarkannya ke orang lain. Misalnya, nih, kamu bersin tidak menggunakan sapu tangan atau tisu, maka tangan yang kamu gunakan untuk menutup hidung dan mulut bisa dipenuhi virus.
Tanpa sadar kamu pun berjabat tangan dengan orang lain. Maka virus yang awalnya ada di tanganmu akan berpindah dengan cepat kepada orang lain.
Selain itu virus juga bisa tertinggal di permukaan benda-benda seperti gagang pintu atau meja, lho. Dari virus dan bakteri yang ada di permukaan gagang pintu, bisa saja berpindah menempel ke tangan tamu, tuh! Untuk membersihkan meja, nih, kamu harus menggunakan cairan disinfektan.
Memangnya, antiseptik dan disinfektan, tuh, beda?
Salah satu barang yang saat ini sulit ditemukan adalah antiseptik dan disinfektan. Bahkan ada juga yang mencampurkan antiseptik dan disinfektan untuk mencuci tangan, lho. Padahal hal ini sangat nggak dianjurkan karena bisa menimbulkan iritasi.
Perbedaan Antiseptik dan Disinfektan yang Harus Kamu Tahu
Nah, kalau kamu sedang mencari antiseptik dan disinfektan untuk digunakan di rumah, ada baiknya kenalan lebih dahulu dengan kedua cairan kimia ini, yuk. Biar nggak salah beli juga, kan.
1. Perbedaan fungsi
Walaupun keduanya sama-sama memiliki kandungan kimia yang bisa membunuh mikroorganisme, namun fungsi antiseptik dan disinfektan berbeda, ya. Sayangnya masih banyak yang keliru, tuh, dengan fungsi pengunaan keduanya.
Antiseptik berfungsi untuk membunuh virus dan bakteri pada makhluk hidup, seperti permukaan kulit dan membran mukosa pada manusia. Jika kamu menggunakannya, maka virus dan bakteri akan menghilang dari telapak tangan.
Sedangkan zat kimia pada disinfektan berfungsi untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati, seperti meja, gagang pintu, atau komputer. Biasanya, disinfektan akan langsung disemprotkan ke benda atau lingkungan, seperti yang baru-baru ini dilakukan oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta.
2. Konsentrasi zat kimia yang berbeda
Salah satu bahan dasar zat kimia yang digunakan antiseptik maupun disinfektan adalah biosida atau hidrogen peroksida. Namun, kadar hidrogen peroksida di antiseptik berbeda dari kandungan di dalam disinfektan. Biasanya, nih, konsentrasi zat kimia di antiseptik lebih rendah jika dibanding disinfektan.
Misalnya saja kadar 0,2% hidrogen peroksida sudah bisa digunakan sebagai bahan dasar antiseptik. Sedangkan, kamu membutuhkan konsentrasi hidrogen peroksida setidaknya 1% untuk digunakan sebagai disinfektan.
Seperti yang dilansir dari laman Pharma Guideline, sangat tidak disarankan untuk menggunakan disinfektan pada permukaan kulit. Jika hal ini kamu lakukan, bisa-bisa kulit kamu iritasi dan terluka.
BACA JUGA: Cuci Tangan dan Sanitizer: Mana yang Lebih Efektif untuk Cegah Corona?
3. Cairan disinfektan bisa menyebabkan iritasi
Konsentrasi zat kimia yang tinggi di dalam cairan disinfektan tentunya sangat berbahaya jika sering bersentuhan langsung dengan kulit atau bahkan masuk ke dalam tubuh. Bisa-bisa, nih, kamu mengalami yang namanya iritasi bahkan keracunan.
Oleh karena itu, penggunaan disinfektan harus sangat diperhatikan! Jauhkan dari jangkauan anak kecil, ya. Jika cairan disinfektan secara tidak sengaja tertelan atau terkena mata, segera basuh menggunakan air mengalir. Kalau masih juga terasa perih, jangan ragu untuk pergi ke dokter terdekat.
4. Ditemukan pada dua produk berbeda
Antiseptik biasanya bisa dengan mudah ditemukan dalam sabun mandi, sabun cuci tangan, dan hand sanitizer. Konsentrasi alkohol dan zat kimia yang cenderung rendah, membuat antiseptik sangat aman digunakan setiap hari. Mulai dari mandi hingga membersihkan tangan memakai hand sanitizer.
Sedangkan disinfektan banyak ditemukan dalam produk kebersihan rumah tangga seperti pembersih lantai, dapur, dan pembersih kamar mandi. Selain itu pemutih pakaian dan pembersih kerak juga termasuk disinfektan yang mengandung alkohol.
5. Jenis-jenis antiseptik dan disinfektan
Jenis-jenis antiseptik yang sering digunakan adalah etakridin laktat (rivanol), alkohol jenis etanol (60-90%), propanol (60-70%), dan isopropanol (78-80%), atau campuran ketiganya. Selain itu ada juga yodium yang dilarutkan dalam larutan beralkohol untuk dijadikan antiseptik. Larutran hidrogen peroksida juga bisa termasuk salah satu antiseptik yang dapat digunakan. Namun, kamu tetap harus berhati-hati dalam menggunakan antiseptik di atas, ya.
Jenis disinfektan yang biasa ditemukan antara lain sulfur dioksida, klorin dengan konsentrasi 0,2%-0,4%, alkohol dengan kadar 70%, hidrogen peroksida, larutan potasium permanganat, dan iodin. Larutan disinfektan ini bisa kamu temukan pada cairan pembersih kamar mandi atau pemutih pakaian.
Nah, itu dia beberapa perbedaan antiseptik dan disinfektan yang harus kamu ketahui. Intinya adalah antiseptik digunakan untuk mengusir virus dan bakteri dari makhluk hidup, sedangkan disinfektan untuk menghilangkan virus dan bakteri yang menempel pada benda mati seperti meja. Jangan sampai kamu salah beli, ya.
Kira-kira kamu sedang butuh antiseptik atau disinfektan, nih? Share di kolom komentar juga kalau punya trik penggunaannya agar optimal mengusir virus maupun bakteri, ya.
Bagikan artikel ini