Tata Cara Salat Idul Adha, Apakah Sama dengan Salat Idulfitri? Cek Juga Sejarahnya!
Ketahui tata cara salat Idul Adha sebelum melakukannya.
Setiap tahun umat Muslim merayakan dua hari besar, yakni Hari Raya Idulfitri dan Hari Raya Idul Adha. Dalam beberapa hari lagi umat Muslim akan merayakan Hari Raya Idul Adha, nih. Selain berkurban hewan, salah satu ibadah yang juga dilakukan oleh Muslim di dunia saat Idul Adha adalah salat Idul Adha. Apakah kamu tahu tata cara salat Idul Adha?
Sebelum kita membahas tentang tata cara salat idul Adha, ada baiknya kamu mengetahui tentang sejarah peringatan idul Adha hingga sunnah Rasul saat Idul Adha. Cek ulasannya berikut ini!
Sejarah Idul Adha atau Hari Raya Haji
Sejarah tentang Idul Adha atau Hari Raya Haji sudah dipelajari sejak kita duduk di bangku SD hingga SMA. Apakah kamu masih mengingatnya? Yuk, coba simak lagi sejarah adanya Hari Idul Adha.
Idul Adha atau Hari Raya Haji terjadi karena serangkaian peristiwa penting yang dialami Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesuai dengan namanya, rangkaian ini juga berkaitan dengan semua kejadian yang dilakukan dalam ibadah haji.
Peristiwa Hari Raya Haji tertulis dalam Al-Qu’ran surat Ibrahim ayat 37.
رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ الصَّلاَةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Artinya: “Ya Tuhan kami sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di suatu lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumahmu (Baitullah) yang dimuliakan. Ya Tuhan kami (sedemikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berizkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”
Nabi Ibrahim mendapat perintah dari Allah untuk menempatkan istrinya, Siti Hajar bersama Nabi Ismail, yang saat itu masih kecil. Sesuai dengan perintah Allah, Nabi Ibrahim memempatkan istri dan anaknya di suatu lembah yang tandus dan gersang.
Begitu tandusnya, Siti Hajar sampai kehabisan air minum hingga tidak bisa menyusui Nabi Ismail. Ismail kecil pun menangis tanpa henti karena kehausan. Siti Hajar pun berlari-lari kecil bolak balik mencari air dari bukit Safa dan Marwah sebanyak 7 kali. Peristiwa inilah yang disebut Sa’i dan merupakan rangkaian dalam ibadah haji.
Saat Siti Hajar bolak-balik mencari air, Ismail kecil yang kehausan pun mengentakkan kakinya ke tanah. Dengan kuasa Allah SWT, keluarlah air dari dalam tanah di bawah kaki Nabi Ismail. Kemudian, Siti Hajar berucap “zamzam” yang artinya berhenti mengalir, maka dikenal dengan nama ‘air zam zam’.
Sementara itu, peristiwa penyembelihan hewan kurban saat Idul Adha juga tercatat dalam Al-Qur’an surat Ash-Shaffat ayat 102.
`قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Nabi Ibrahim mendapatkan ujian keimanan dari Allah SWT berupa perintah untuk menyembelih Nabi Ismail yang saat itu masih berusia 7 tahun. Siapa sangka, ternyata Nabi Ismail justru sangat siap untuk berkorban dan mengatakan kepada ayahnya untuk segera melaksanakan perintah Allah SWT.
Setan pun sempat menggoda Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail beberapa kali untuk mengurungkan niatnya. Untuk mengusir setan, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail pun melempari setan dengan batu kerikil berulang kali. Peristiwa ini juga termasuk dalam rangkaian ibadah haji yang disebut lempar jumrah.
Kemudian, Nabi Ibrahim pun meletakkan pisau di leher putranya. Saat ia menggerakkan pisau itu, Allah SWT pun memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menghentikan perbuatannya dan mengganti Nabi Ismail dengan seekor domba.
Hal ini tertuang dalam Al-Qu’ran surat As-Saffat ayat 107-110.
وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ (١٠٧) وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِى الْاٰخِرِيْنَ ۖ (١٠٨) سَلٰمٌ عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ (١٠٩) كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ ( ١١٠)
Artinya: “Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Oleh sebab itu, Idul Adha juga dikenal sebagai Idul Qurban karena umat Muslim diberi kesempatan untuk mengeluarkan hartanya dengan cara berkurban hewan apabila belum mampu melaksanakan ibadah haji.
BACA JUGA:
- 30 Ucapan Idul Adha 2022, Hangatkan Momen Hari Raya!
- 3 Resep Olahan Daging Sapi Praktis untuk Menyambut Idul Adha
- 6 Resep Olahan Daging Kambing yang Lezat dan Spesial saat Idul Adha
Kapan Idul Adha 2022 Berlangsung?
Idul Adha biasanya jatuh pada 70 hari atau sekitar 2 bulan setelah perayaan Idulfitri. Diperkirakan, Idul Adha tahun ini akan dilaksanakan pada Sabtu, 9 Juli 2022.
Namun demikian, pemerintah Indonesia telah menetapkan Hari Idul Adha jatuh pada Minggu, 10 Juli 2022. Hal ini berbeda dari ketetapan Hari Raya Idul Adha di Arab Saudi yang jatuh pada 9 Juli mendatang. Tentunya hal ini menimbulkan pro dan kontra di antara masyarakat.
Dilansir dari laman detik.com, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais dan Binsyar) Kementerian Agama Adib memberikan penjelasan terkait alasan perbedaan Hari Idul Adha di Indonesia dan Arab Saudi.
Perbedaan waktu antara Arab Saudi dan Indonesia menjadi alasan perbedaan Hari Raya Haji 2022. Arab Saudi lebih condong ke barat dari Indonesia, sehingga posisi hilal di Arab Saudi lebih tinggi di tanggal yang sama.
Selain itu, Adib menjelaskan berdasarkan data hisab pada akhir Zulkaidah 1443 H. Ketinggian hilal di Indonesia antara 0 derajat 53 menit sampai 3 derajat 13 menit dengan elongasi antara 4,27 derajat sampai 4,97 derajat. Sementara pada tanggal yang sama, posisi hilal di Arab Saudi lebih tinggi dengan posisi yang ada di Indonesia.
Jadi, itulah alasan hari raya Idul Adha 1443 H di Indonesia berbeda dari Arab Saudi. Faktor utama yang penyebab hal ini terjadi adalah karena letak geografis dan perbedaan waktu.
Hukum Salat Idul Adha
Sebelum mengetahui tata cara salat Idul Adha, ada baiknya kita membahas tentang hukum dan waktu salat Idul Adha. Dilansir dari laman Suara.com, hukum salat Idul Adha adalah sunah muakkadah atau sunah yang sangat dianjurkan dan mengikat.
Hal ini juga didukung oleh jawaban Rasulullah SAW ketika ditanya oleh seseorang. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda:
خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِى الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ . فَقَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهَا قَالَ لاَ ، إِلاَّ أَنْ تَطَوَّعَ
Artinya: “’Salat lima waktu sehari semalam.’ Orang itu bertanya lagi, ‘Apakah ada kewajiban (salat) lain?’ Beliau menjawab, ‘Tidak, kecuali engkau mengerjakan salat sunah’,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Waktu Salat Idul Adha Sama dengan Salat Idulfitri
Sama halnya dengan salat Idulfitri, pelaksanaan Salat Idul Adha juga dilakukan pada waktu tertentu. Baik salat Idul Adha dan Idulfitri dilakukan setelah matahari terbit hingga masuk waktu Zuhur.
Namun demikian, waktu salat Idul Adha lebih anjurkan agar lebih dipercepat agar memberi kesempatan warga untuk menyembelih hewan kurban.
Tata Cara Salat Idul Adha
Secara umum, pelaksaan tata cara salat Idul Adha sama dengan salat Idulfitri. Hal yang membedakan adalah jumlah takbir dalam salatnya.
Selain itu, jika salat Idul Adha dilaksanakan bersamaan dengan salat Jumat, biasanya khotbahnya disampaikan terlebih dulu, kemudian baru melaksanakan salat Jumat. Berikut ini adalah info dan tata cara pelaksanaan salat Idul Adha yang harus kamu tahu.
Rukun Salat Idul Adha beserta Bacaannya
Tata cara salat Idul Adha tentunya berbeda dengan cara salat wajib atau salat sunah lainnya. Mengutip laman BSMU, berikut ini cara salat Idul Adha beserta bacaannya sesuai rukun:
1. Membaca niat salat Idul Adha.
أُصَلِّيْ سُنَّةً لعِيْدِ اْلأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُوْمًاإِمَامًا) لِلهِ تَعَــــــــالَى
“Ushallii sunnatan liidil adha rok’ataini (makmuman / imaaman) lillahi ta’alaa.”
Artinya: “Aku berniat salat Idul Adha dua rakaat [sebagai makmum / imam] karena Allah ta’ala.”
2. Membaca takbiratul ihram dan membaca doa iftitah.
3. Untuk rakaat pertama, dilakukan 7 (tujuh) kali takbir dan di antara tiap takbir itu disunahkan membaca:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Subhaanallaahi walhamdu lillaahi wa laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar.
Artinya: “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar.”
4. Membaca surah al-Fatihah, diteruskan membaca surah dari Alquran yakni Surat Qaf dan surat Al-A’la.
5. Ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti sholat biasa.
6. Pada rakaat kedua sebelum membaca al-Fatihah.
7. Kemudian, dilanjutkan dengan takbir sebanyak 5 (lima) kali sambil mengangkat tangan.
8. Membaca Surah al-Fatihah, diteruskan membaca surat Al Ghasyiyah, atau surat lainnya.
9. Ruku’, sujud, dan seterusnya hingga salam.
Setelah salam, maka disunahkan mendengarkan khutbah Idul Adha.
Setelah selesai melakukan seluruh tata cara salat, biasanya akan ada khotbah dan membahas tentang hukum-hukum kurban dan Idul Adha.
Doa Setelah Salat Idul Adha
Setelah mengetahui tata cara salat Idul Adha, ada baiknya kamu juga mengetahui doa setelah salat Idul Adha. Sangat disarankan untuk mengakhiri salat dengan membaca kumpulan doa. Berikut ini kumpulan doa yang bisa dibaca setelah melaksanakan salat Idul Adha:
1. Membaca Istigfar 3 kali
Sebagian orang membaca Istigfar sebanyak 3 kali sebagai doa setelah Idul Adha. Bacaan Istigfar berbunyi:
أَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ اَلَّذِي لآ إِلَهَ إِلَّا هُوَ اْلحَيُّ اْلقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
Astaghfirullah Hal Adzim Alladzi La ilaha Illa Huwal Hayyul Qoyyumu Wa atubu Ilaihi.
Artinya: “Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung, yang tiada Tuhan selain Dia Yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri, dan aku bertaubat kepada-Nya.”
2. Membaca doa keselamatan
Kemudian, kamu bisa melanjutkannya dengan membawa doa keselamatan hidup, yang berbunyi sebagai berikut:
اَللّهُمَّ اَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ يَاذَاْلجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ
Allahumma antassalam waminkassalam tabarakta Ya Dzaljalali wal ikram.
Artinya: “Ya Allah, Engkaulah As-Salaam (yang selamat dari kejelekan-kejelekan, kekurangan-kekurangan dan kerusakan-kerusakan) dan dari-Mu as-salaam (keselamatan), Maha Berkah Engkau Wahai Dzat Yang Maha Agung dan Maha Baik,” (HR. Muslim).
3. Membaca kalimat Tauhid
Kalimat tauhid juga bisa dilafalkan sebagai doa setelah melakukan salat Hari Raya Idul Adha yang berbunyi:
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ
Laa ilaha illallah wahda, laa syarika lah, Lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir.
Artinya: “Tidak ada Rabb yang berhak disembah kecuali Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan. Bagi-Nya pujaan. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Sunah Rasulullah yang dilakukan di Hari Raya Idul Adha
Ada beberapa sunah Rasullah yang dilakukan di Hari Raya Idul Adha. Melakukan sunah Rasullah tentnya akan memberikan pahala saat mengerjakannya. Berikut ini beberapa sunah Rasullah saat Hari Raya Idul Adha, seperti yang dikutip dari laman Dompet Duafa.
1. Mandi sebelum salat Idul Adha
Rasulullah SAW mengawali mandi di pagi hari terlebih dahulu sebelum berangkat salat Idul Adha. Hal ini tertuang dalam hadis sebagai berikut ini:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الأَضْحَى
Artinya: “Rasulullah SAW biasa mandi pada hari raya Idufitri dan Iduladha.” (HR Ibnu Majah)
2. Memakai pakaian terbaik
Setelah mandi, Rasulullah SAW mengenakan pakaian terbaik ketika salat Idul Adha. Beliau juga memerintahkan sahabat mengenakan pakaian terbaik mereka. Seperti yang dijelaskan dalam hadis riwayat Hakim seperti di bawah ini:
أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم في العيدين أن نلبس أجود ما نجد ، وأن نتطيب بأجود ما نجد
Artinya: “Pada dua hari raya, Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk memakai yang terbaik dari apa yang kita miliki.” (HR Hakim)
3. Memakai wangi-wangian
Selain mengenakan pakaian terbaik, disunahkan juga untuk memakai wangi-wangian dan memotong rambut sebelum berangka salat Idul Adha. Selain itu, umat Muslim juga disunahkan untuk memotong kuku dan menghilangkan bau badan yang kurang sedap.
Sunah ini juga dianjurkan untuk dilakukan saat salat Jumat, lho. Hal ini tertuang dalam kitab Al-Majmu’ Syarhul Muhaddzab, yakni seperti berikut ini:
والسنة أن يتنظف بحلق الشعر وتقليم الظفر وقطع الرائحة لانه يوم عيد فسن فيه ما ذكرناه كيوم الجمعة والسنة أن يتطيب
Artinya: “Disunahkan pada hari raya Id membersihkan anggota badan dengan memotong rambut, memotong kuku, menghilangkan bau badan yang tidak enak. Karena amalan tersebut sebagaimana dilaksanakan pada hari Jumat, dan disunahkan juga memakai wangi-wangian.”
4. Takbiran saat menuju tempat salat Idul Adha
Bagi kamu yang ingin salat Idul Adha, ada lagi sunah Rasulullah yang harus kamu ketahui. Rasul diketahui mengumandangkan takbir saat menuju tempat salat Idul Adha. Bahkan, dianjurkan untuk takbiran sejak tanggal 9 Dzulhijjah setelah subuh.
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Artinya: “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada ilah kecuali Allah, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala pujian hanya untuk-Nya)”.
5. Berjalan kaki menuju lokasi salat Idul Adha
Sama halnya dengan Idulfitri, salah satu sunah yang dilukan saat salat Idul Adha adalah berjalan kaki menuju ke tempat salat. Begitu pun saat pulang dianjurkan untuk berjalan kaki. Namun, hal ini disesuaikan dengan jarak tempat tinggal dan tempat salat, ya. Bila terlalu jauh, nih, tentunya kamu sangat disarankan untuk membawa kendaraan.
Hal ini dijelaskan dalam hadis dari Ibnu Umar RA:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَخْرُجُ إِلَى الْعِيدِ مَاشِيًا وَيَرْجِعُ مَاشِيًا
Artinya: “Rasulullah SAW biasa berangkat salat Id dengan berjalan kaki, begitu pula ketika pulang.” (HR Ibnu Majah)
6. Melewati jalan yang berbeda saat pergi dan pulang
Sunah lainnya yang dianjurkan saat Idul Adha adalah dengan melewati jalan yang berbeda saat pergi dan pulang salat. Hal ini tertuang dalam sebuah hadits HR. Al Bukhari, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat ‘Id, beliau lewat jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang.”
Melewati jalan yang berbeda saat pergi dan pulang salat Idul Adha juga memberikan keuntungan, lho. Salah satunya adalah kamu bisa bertemu dengan orang lain di jalan pulang dan pergi.
7. Tidak makan sebelum salat Idul Adha
Nah, sunah yang satu ini berbeda dari yang dilakukan saat Idulfitri. Bila saat Idulfitri dianjurkan untuk makan atau minum sebelum salat, maka sebaliknya terjadi saat Idul Adha. Sangat dianjurkan untuk tidak makan sebelum salat Idul Adha.
Nah, itulah tata cara salat Idul Adha plus bacaannya, sejarah Iduladha, hingga sunah Rasulullah yang dilakukan saat Iduladha. Dari informasi di atas, manakah tata cara yang telah kamu ketahui? Coba tulis di kolom komentar, yuk!
Mau tinggal di kost impian semua orang? Pindah Rukita aja, yuk! Temukan kost coliving Rukita di Pulau Jawa dan Pulau Sumatra.
Langsung klik tombol di bawah untuk lihat unit Rukita sesuai area yang kamu pilih. Ada kost dekat kampus, kost dekat stasiun, kost dekat kantor, hingga kost dekat mal, lho!
Jangan lupa unduh aplikasi Rukita via Google Play Store atau App Store, bisa juga langsung hubungi Nikita (customer service Rukita) di +62 811-1546-477, atau kunjungi www.Rukita.co.
Follow juga akun Instagram Rukita di @Rukita_Indo dan Twitter di @Rukita_Id untuk berbagai info terkini serta promo menarik!
Bagikan artikel ini