·30 September 2020

Berkenalan dengan Tes Rapid Antigen yang Lebih Murah dari Tes PCR | Efektivitas hingga 97%!

·
5 minutes read
Berkenalan dengan Tes Rapid Antigen yang Lebih  Murah dari Tes PCR | Efektivitas hingga 97%!

Baru saja tanggal 28 September 2020 lalu WHO mengumumkan bahwa tes rapid antigen resmi menjadi alat tes Covid-19 alternatif. Produksi massal ini akan diberikan kepada negara-negara kelas menengah ke bawah karena harganya yang murah namun kualitasnya lebih terjamin dibanding rapid test antibodi biasa.

Rencananya, sih, produksi ini akan menghasilkan 120 juta tes antigen rapid (Ag RDTs). Satuan harganya hanya sekitar 5 dolar atau Rp75.000 saja sehingga terjangkau bagi semua orang. Diharapkan negara-negara berkembang bisa melakukan tes lebih banyak sehingga tracing Covid-19 lebih akurat dan bisa membantu mengendalikan pandemi.

Tes ini hanya memerlukan waktu 30 menit saja, kok, namun kualitasnya bisa diandalkan. Hal ini tentu saja sangat membantu negara-negara yang memiliki keterbatasan dana dan laboratorium untuk tes PCR. Terdengar sangat menjanjikan, ya?

7 Fakta tentang Tes Rapid Antigen yang Bisa Jadi Pengganti Rapid Test

Pasti kamu sudah penasaran, kan, mengenai fakta dan segala seluk-beluk dari tes ini? Yuk, segera baca informasi di bawah ini.

1. Siapa saja target tes ini?

The New Humanitarian | African countries struggle to find the coronavirus  test kits they need
Source: thenewhumanitarian.com

Target dari tes dengan harga terjangkau adalah negara-negara menengah ke bawah, terutama bagi tenaga kesehatannya. Tenaga medis memerlukan tes rutin yang akurat untuk mencegah penularan Corona di antara tenaga medis.

Negara-negara yang sudah menandatangani Acess to Covid atau akselerator ACT juga bisa memesan tes. Inisiatif ini ditandatangani oleh WHO, komisi Eropa, Yayasan Gates, dan pemerintah Prancis pada Maret lalu.

Yayasan memastikan 20% dari produksi wajib tersedia bagi negara miskin. Jerman telah memesan 20 juta tes bersama 131 negara lain termasuk Indonesia. Organisasi FIND memastikan bahwa pesanan dari negara menengah ke bawah akan dikerjakan lebih dulu dan dibagikan agar negara maju tidak menghabiskan stok mereka.

2. Siapa pembuat dan donornya?

The Access to COVID-19 Tools (ACT) Accelerator
Source: who.int

ACT Akselerator adalah organisasi yang membuat kemajuan tes ini. Jadi, di dalam tes ACT ada negara-negara G-20, kemudian Africa CDC, Yayasan Gates, Inisiatif Akses Kesehatan Clinton (CHAI), Yayasan Inovatif Diagnosis Baru (FIND), Global Fund, Unitaid, dan WHO.

Produser utama dari tes ini adalah Abbott dari Amerika dan SD Biosensor dari Korea Selatan. ACT Akselerator meyakinkan bahwa semua negara memiliki akses terhadap alat tes maupun alat penanganan Covid-19, termasuk Ag RFT.

Kerja sama ini menunjukkan bahwa kolaborasi dari berbagai organisasi yang menangani pandemi di dunia bisa membuahkan hasil yang cepat dan berkualitas. Mereka berharap lebih banyak lagi organisasi mau bekerja agar penanganan Covid-19 lebih cepat dan keadaan masyarakat serta ekonomi dunia segera membaik.

3. Bagaimana proses tesnya?

NCR cities to roll out rapid antigen tests to scale up Covid-19  surveillance | Gurgaon News - Times of India
Source: indiatimes.com

Diagnosis tes ini bekerja dengan cara mendeteksi protein yang muncul di permukaan virus. Tes ini bentuknya mirip dengan tes kehamilan dan akan memunculkan 2 garis apabila hasilnya positif Covid-19.

4. Perbedaan dari tes lainnya

COVID-19 Genetic PCR Tests Give False Negative Results if Used Too Early |  DAIC
Source: dicardiology.com

Perbedaan utama dari tes rapid antigen, PCR, maupun rapid test antibodi biasa, yaitu antigen tidak memerlukan laboratorium. Hal ini menyebabkan deteksi bisa dilakukan dengan cepat (15-30 menit) dibanding kedua tes lainnya yang membutuhkan waktu hitungan jam atau harian untuk memperoleh hasilnya.

Harga dari tes ini juga sangat murah, yaitu sekitar Rp75.000 per alat tes. Maka dari itu, banyak negara akan mampu membelinya dalam jumlah besar. Sayangnya, nih, tingkat akurasi tidak 100% setepat PCR.

Namun, manufaktur mengklaim bahwa tes ini 97% akurat. NGO FIND juga menyatakan bahwa sensitivitas tes ini sekitar 80-90%.

5. Kapan tes akan berlangsung?

The Access to COVID-19 Tools (ACT) Accelerator
Source: who.int

WHO telah membuat perjanjian dengan manufaktur rapid tes dan donor jika 120 juta tes akan diproduksi dalam waktu 6 bulan. Dalam perjanjian ini 133 negara sudah secara aktif memesan terutama negara-negara Amerika Latin.

Negara Amerika Latin menjadi negara-negara prioritas karena kondisinya yang parah akibat pandemi. Wilayah Amerika Latin juga merupakan wilayah dengan kondisi penularan terparah dan memiliki angka kematian tinggi.

Afrika juga menjadi prioritas bagi tes kali ini karena banyak negara Afrika tidak mampu membayar tes PCR. FYI, mulai Oktober 2020 sejumlah 20 negara Afrika akan mendapatkan jatah tes rapid antigen ini.

6. Pentingnya tes untuk melawan Covid-19

Covid-19 contact tracing app won't work for those without smartphones
Source: medicaldevice-network.com

Tes ini penting untuk meningkatkan kapasitas uji coba di negara menengah ke bawah yang kekurangan lab untuk pengolahan tes PCR. Tes ini juga membantu petugas kesehatan untuk mengetahui secara lebih akurat mengenai transmisi virus di wilayah mereka.

Jika kapasitas tes dinaikkan dan akurasi data juga jelas, maka diharapkan penularan bisa dikontrol lebih baik. Peter Sands, Direktur Eksekutif dari Global Fund, menyatakan bahwa tes ini menjadi langkah signifikan untuk melacak dan melawan virus Covid-19.

Walaupun tes ini tidak bisa menyembuhkan penularan Covid-19 secara langsung, namun akurasi hampir sebaik tes PCR. Direktur WHO juga menyatakan bahwa tes ini sangat bisa diandalkan dan dimanfaatkan untuk melawan Covid-19.

7. Tes rapid saliva buatan Inggris

Saliva-based coronavirus tests come to market | Financial Times
Source: ft.com

Ada pilihan tes lain yang juga sedang dikembangkan dan bisa menjadi pertimbangan pemerintah Indonesia. Dua perusahaan di Inggris, iAbra dan Halo pada awal September 2020 lalu meluncurkan tes rapid berbasis air liur.

Tes ini akan dilakukan lewat swab mulut dan hanya berlangsung selama 20 detik saja. Tes ini baru masuk tahap percobaan dan akan dijual secara internasional juga. iAbra akan mengecek virus menggunakan mikroskop khusus dan merekam data pasien. Katanya tes ini hanya seharga buku cetak sekolah dengan tingkat akurasi 98%!

Tes dari Halo sendiri akan memberikan hasil sesudah 24 jam, di mana klien bisa meludah dalam tabung dan dikirim ke lab mereka. Mereka percaya bahwa tes saliva ini tetap akan didiagnosis menggunakan metode PCR dan 100% akurat.

Sumber:


Itulah fakta mengenai tes terbaru yang diresmikan WHO. Kita hanya bisa berharap mengenai akurasi dari tes antigen ini, ya. Kalau tes saliva rapid punya Inggris juga sudah selesai, nih, semoga bisa juga diperdagangkan dengan harga yang terjangkau dan ke depannya tinggal menunggu vaksin segera hadir!

Kamu sudah pernah melakukan rapid test antibodi belum? Ayo, tinggalkan pendapatmu mengenai tes identifikasi virus Corona di kolom komentar.

Bagikan artikel ini